Ia dan keluarganya mengaku hanya bisa pasrah ketika mendengar penjelasan rumah sakit.
Terlebih kebijakan itu sudah menjadi arahan pemerintah sehingga ia maklum dengan penjelasan rumah sakit.
Malam hari usai shalat Magrib, Andri ikut mengantarkan jenazah sepupunya bersama keluarga inti.
Proses pemakaman, kata Andri, cukup cepat dalam kurun waktu dua jam.
"Sepupu saya meninggal usai Ashar, magrib kita sudah jalan ke TPU Tegal Alur. Sampai di TPU pukul 19.00 WIB langsung dikuburkan," papar Andri.
Baca juga: Sebulan Lebih, Kematian 45 Suspect Covid-19 di Depok Belum Terjawab
Ketika prosesi penguburan, ia dan keluarga inti sepupunya harus menyaksikan penguburan dari kejauhan persis di luar garis polisi.
Tidak ada satu anggota keluarga yang diberi kesempatan untuk mengadzankan jenazah.
Mereka baru boleh masuk usai petugas pemakaman menutup liang lahat kuburan.
"Setelah peti dimasukan ke liang lahat, saya lihat satu petugas pemakaman mengadzankan jenazah sepupu saya," jelas Andri.
Usai liang lahat ditutup, barulah keluarga diizinkan masuk ke pemakaman dan berdoa di atas liang lahat.
Andri mengaku saat itu hatinya hancur karena melihat prosesi pemakaman yang tidak biasa tersebut. Pasalnya ia meyakini bahwa sepupunya negatif Covid-19.
"Tapi mau bagaimana lagi? Kami hanya bisa ikhlas," terangnya.
Sampai saat ini keluarga Andri masih menunggu hasil Swab rumah sakit. Setelah empat hari sepupunya berpulang, hasil Swab belum juga keluar.
Ia juga tidak mendapatkan kejelasan dari rumah sakit kapan hasil Swab itu keluar.
"Katanya rumah sakit tidak bisa pastikan kapan keluar. Karena kan memang mengantre, karena laboratorium itu pemerintah yang pegang bukan rumah sakit," tandasnya.