DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok, Alif Noeriyanto menilai operasional kereta rel listrik (KRL) kemungkinan membawa banyak orang tanpa gejala (OTG) positif Covid-19.
Sebelumnya, 6 dari 600-an penumpang KRL lintas Bogor dan Bekasi diketahui positif Covid-19 setelah dilakukan tes swab massal beberapa hari lalu.
"Kita belajar dari kasus Jakarta, Singapura, soal klaster KRL. Itu (6 penumpang KRL positif Covid-19) berarti kan bisa banyak orang di klaster KRL yang kena," ujar Alif ketika dihubungi pada Jumat (8/5/2020).
Hal ini, kata dia, menjadi bukti bahwa tes massal Covid-19 di tempat-tempat umum sangat penting dilakukan guna memperoleh data riil kasus Covid-19 di lapangan.
Baca juga: 6 Penumpang KRL Positif Covid-19, Depok Segera Gelar Tes Swab Massal
Alif mengungkapkan, pemerintah maupun warga tidak perlu resah jika akibat masifnya tes Covid-19, angka positif Covid-19 melonjak drastis.
Justru, berbekal data riil soal tingginya kasus Covid-19 yang selama ini tak terdeteksi, pemerintah bisa menempuh kebijakan yang lebih efektif untuk menangani pandemi.
"Kasus di Singapura, dengan screening massal yang masif, karantina yang baik, jumlah kasus banyak, tapi jumlah kematian sedikit dan jumlah sembuh banyak. Artinya memang kita tidak perlu takut dengan jumlah positif yang banyak," kata Alif.
"Tidak apa-apa, karena kita bisa tahu dan bisa memetakan orang-orangnya (positif Covid-19). Ketika dipetakan, kita tahu titik-titiknya. Ketika tahu di mana titik-titiknya, kita bisa kunci (isolasi)," jelas dia.
Khusus Kota Depok, di atas kertas, bisa saja terdapat 100.000 orang positif Covid-19 dari total 2,4 jutaan penduduk Depok saat ini.
Baca juga: Grafik Kasus Harian Covid-19 di Depok Selama 3 Pekan PSBB
Perhitungan ini hanya perhitungan kasar, merujuk pada angka infection rate Covid-19 di seluruh dunia sekitar 4 persen dari total populasi.
Maka, ia kembali menekankan soal pentingnya tes massal saat ini.
Dengan catatan, tes massal dilakukan dengan metode swab PCR yang akurasinya 90 persen, bukan semata rapid test yang akurasinya 30 persen dan membutuhkan verifikasi ulang.
Apabila hal ini terus-menerus ditunda oleh pemerintah, Alif khawatir masa puncak pandemi yang diperkirakan terjadi pada Mei ini akan mundur hingga Juni karena keterlambatan deteksi kasus.
"Ini hitungan secara umum. Artinya kalau mau frontal, ayo," desak Alif.
"Idealnya, kalau mau uji swab serentak, 10 persen dari total penduduk Depok, artinya 240.000 orang dites massal. Kita dapat angka di situ, kemudian kita lacak klasternya untuk diisolasi sehingga akan aman," tambah dia.
Baca juga: Dilema Para Pengguna KRL, Semakin Khawatir Setelah 6 Penumpang Positif Covid-19