JAKARTA, KOMPAS.com - Artis Roy Kiyoshi ternyata mendapat obat penenang untuk membantunya tidur dari dokter.
Roy mendapatkan obat penenang setelah berkonsultasi seputar masalah susah tidurnya dengan seorang dokter di kawasan Jakarta Selatan.
Hal tersebut dikatakan kerabat sekaligus perwakilan dari keluarga Roy Kiyoshi, Henri Indraguna saat dihubungi di Jakarta, Jumat (8/5/2020).
"Memang kalau orang yang punya kelebihan itu kan agak bermasalah di tidur jadi sering dia konsultasi dengan satu dokter. Nah dokter ini lah yang memberikan obat penenang ini," kata Henri.
Namun Henri belum bisa memastikan apakah obat penenang tersebut diberikan berdasarkan resep yang sesuai atau tidak.
Baca juga: Bukan Narkoba, Keluarga Sebut Roy Kiyoshi Gunakan Dumolid untuk Permudah Tidur
Dia juga belum bisa memastikan apakah pil yang diamankan polisi di rumah Roy Kiyoshi merupakan obat yang sama dengan yang diberikan dokter.
"Nah akan tetapi kalau memang obat ini didapat dari resep dokter maka lepas lah Roy Kiyoshi dari jeratan hukum," ucap dia.
Hingga saat ini, polisi masih menahan Roy untuk diperiksa lebih lanjut.
Sebelumnya, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Vivick Tjangkung mengatakan Roy Kiyoshi ditangkap di kediamannya di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (6/5/2020) sore.
Roy ditangkap dengan barang bukti 21 pil jenis psikotropika. Saat dilakukan tes urine, Roy Kiyoshi pun dinyatakan positif benzoa.
Baca juga: Kronologi Penangkapan Roy Kiyoshi, Ditangkap di Rumah Usai Syuting
Seperti dikutip Sains Kompas.com, Dokter Hari Nugroho MSc selaku peneliti dan pakar adiksi dari Mental Health Addiction and Neuroscience Jakarta menuturkan bahwa benzodizaepine adalah salah satu jenis obat-obatan yang banyak disalahgunakan.
Obat-obatan jenis benzodiazepine, bersifat muscle relaxant atau pelemas otot.
Beberapa jenis obat yang masuk dalam golongan benzodiazepine antara lain Aprazolam, Chlordiazepoxide, Clobazam, Clonazepam, Diazepam, Estazolam, Lorazepam, dan Midazolam.
Hari mengatakan, Diazepam biasa digunakan untuk mengatasi kejang pada anak. Sementara itu, Tramadol merupakan jenis obat analgesic opioid (penghilang rasa sakit).
Menurut Hari, orang yang biasa mengonsumsi benzodiazepine memiliki masalah psikologis, seperti gangguan cemas, tekanan sosial, serta sindrom dan gangguan sulit tidur.
Baca juga: Roy Kiyoshi Positif Pakai Psikotropika Jenis Benzo
“Orang kemudian mengonsumsi itu (benzodiazepine) secara terus-menerus, meningkatkan dosisnya di atas petunjuk dokter, kemudian kecanduan,” lanjutnya.
Orang yang kecanduan benzodiazepine akan mengalami gejala putus zat (sakau).
“Kondisi yang disebabkan oleh kecanduan benzodiazepine dan psikotropika lain salah satunya adalah nyeri. Ambang sensitivitas dirinya terhadap nyeri semakin sempit. Bahkan bisa terjadi kondisi hyperalgesia,” tambah Hari.
Hyperalgesia adalah kondisi di mana seseorang lebih mudah untuk merasa nyeri dari orang pada umumnya.
Ketika seseorang menyalahgunakan benzodiazepine, tentu ada efek samping yang terjadi.
Baca juga: Roy Kiyoshi Ditangkap dengan Barang Bukti 21 Butir Psikotropika
“Gangguan cemas menjadi semakin berat, rebound. Bahkan bisa menjadi kejang apabila menghentikan atau mengurangi dosisnya. Ada kasus di mana orang mengalami gejala-gejala psikosis seperti halusinasi,” lanjut Hari.
Apabila Tramadol dan Riklona dikonsumsi bersamaan, efeknya bisa menjadi overdosis. Begitu pun jika dikonsumsi berbarengan dengan alkohol.
Hari menuturkan, jika terjadi overdosis, akan menganggu fungsi otot-otot pernapasan. Paru-paru tidak bisa mengembang dan mengempis seperti biasa.
“Pada akhirnya kalau tidak bisa bernapas, berujung kematian,” tambahnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.