"Prinsipnya, ini kan alatnya baru. Perlu semacam izin penggunaan dari provinsi nantinya," ujar dia.
"Kami harap sih itu bisa cepat dikasih izinnya, jadi alatnya sendiri bisa kami berlakukan lebih cepat," tambah Arinando.
Baca juga: RS Brimob Tunggu Izin Pemerintah Jadi Laboratorium Rujukan Tes Covid-19
Saat ini, Kota Depok hanya mengandalkan laboratorium terpadu milik RS Universitas Indonesia (RSUI) sebagai satu-satunya laboratorium rujukan pemeriksaan Covid-19 berbasis PCR di Depok.
Laboratorium RSUI sekarang diklaim sanggup melakukan 140 tes dalam sehari, namun jumlah itu dianggap belum cukup.
Apabila ada sampel yang tak dapat ditampung di RSUI, pilihannya yakni "dioper" ke Jakarta dan kemungkinan harus mengantre dengan banyaknya sampel yang juga harus diperiksa di Ibu Kota.
"Kami baru koordinasi dengan Labkesda (laboratorium kesehatan daerah) Provinsi (Jawa Barat). Kata dokternya sih, kami kalau mau running, ya running saja," ujar Arinando.
"Kami bisa-bisa saja kalau diminta running, tapi kan kami perlu aspek legalitas dalam pemberlakuannya," ia menambahkan.
Dengan kapasitas tes diklaim mencapai 200 sampel per hari, Arinando berharap agar keputusan pemerintah menjadikan RS Brimob sebagai salah satu laboratorium rujukan pemeriksaan Covid-19 berbasis PCR di Depok segera terealisasi.
"Kalau kami sudah bisa running kan bisa segera bermanfaat untuk warga Depok. Inia kan menjadi kabar bagus buat Depok. Depok harus cepat lah, harus lebih maju," tutup Arinando.
Percepatan birokrasi mutlak diperlukan agar kapasitas tes Covid-19 yang tersedia cukup besar di RS Brimob tak sia-sia.
Kedua alat PCR anyar itu justru relevan dengan rencana Pemerintah Kota Depok menggelar tes Covid-19 secara massal.
Dengan kapasitas pemeriksaan yang memadai, hasil tes massal akan rilis dengan cepat.
Sebelumnya, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok Alif Noeriyanto menyoroti pentingnya tes massal ini.
Temuan 6 dari 600-an penumpang KRL lintas Bogor dan Bekasi diketahui positif Covid-19 setelah dilakukan tes swab massal beberapa hari lalu menjadi bukti.
Baca juga: Banyak Pasien Sembuh, Kapasitas RS Brimob Depok untuk Penanganan Covid-19 Masih Tersedia Separuhnya
"Kita belajar dari kasus Jakarta, Singapura, soal klaster KRL. Itu (enam penumpang KRL positif Covid-19) berarti kan bisa banyak orang di klaster KRL yang kena," ujar Alif ketika dihubungi pada Jumat (8/5/2020).