JAKARTA, KOMPAS.com – Epidemiolog berharap agar pemerintah tidak menggunakan herd immunity sebagai upaya menyiasati tingginya kasus Covid-19 di Indonesia.
Sebagai informasi, herd immunity merupakan “kekebalan komunitas”, di mana kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena vaksin atau pernah terpapar penyakit tersebut.
“Tidak mungkin. Jangan sampai (pemerintah menyiasati Covid-19 dengan herd immunity),” ungkap epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono ketika dihubungi Kompas.com pada Selasa (12/5/2020).
Baca juga: Apa Itu Herd Immunity dan Mengapa Berisiko Tinggi?
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy sempat menyinggung herd immunity.
Dalam seminar virtual pada 7 Mei 2020 lalu, Muhadjir berpendapat bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ada di tengah-tengah, antara opsi ekstrem lockdown dan herd immunity.
Pilihannya bisa luwes, mendekati lockdown, atau mendekati herd immunity, kata Muhadjir (Kompas, 10 Mei 2020).
Baca Juga: Strategi “Herd Immunity” Terlalu Berisiko
Herd immunity adalah konsep epidemiologi, ketika suatu penyebaran penyakit menular akan terhambat karena sekelompok populasi kebal terhadap penyakit itu.
Kekebalan itu bisa timbul secara alamiah karena sembuh dari penyakit tadi, bisa pula muncul karena imunisasi atau pemberian vaksin.
Namun, karena Covid-19 belum ditemukan vaksinnya, maka jalan menuju herd immunity ditempuh dengan membiarkan sebagian besar penduduk terpapar virus SARS-CoV-2, dengan harapan tubuh mereka membentuk antibodi hingga kebal terhadap virus tersebut.
Swedia jadi negara yang kerap diperbincangkan soal kebijakan suatu negara menangani Covid-19 dengan tendensi herd immunity, meski otoritas setempat menampik bahwa kebijakan mereka adalah tendensi membentuk herd immunity.
Baca juga: Swedia Disebut Terapkan Herd Immunity, Begini Bahayanya Menurut Epidemiolog
Di tengah pagebluk Covid-19, pemerintah Swedia mengizinkan aktivitas publik tetap dibuka, tanpa lockdown. Penduduknya melakukan social distancing secara mandiri.
Hasilnya? Presentase kematian akibat Covid-19 di Swedia paling tinggi di antara tetangganya sesama negara Skandinavia, sebut saja Norwegia, Finlandia, Denmark, atau Islandia, menurut laporan BBC pada 25 April 2020.
“Terlalu banyak orang yang meninggal,” ujar epidemiolog Karolinska Institutet Claudia Hanson kepada BBC. Ia mengkritik pendekatan yang dilakukan otoritas Swedia dan beranggapan bahwa aktivitas publik semestinya sudah ditutup sementara pada Maret lalu.
Baca juga: WHO: Herd Immunity untuk Virus Corona adalah Konsep Berbahaya
Hari ini, 27 persen penduduk Swedia dinyatakan positif Covid-19. Tidak ada yang dapat memastikan bagaimana herd immunity dapat berperan dalam menghambat penularan virus SARS-Cov-2 di Swedia.
Epidemiolog Emma Frans kepada BBC berharap agar kekebalan komunitas ini bisa bermanfaat hingga vaksin Covid-19 ditemukan.