TANGERANG, KOMPAS.com - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Tangerang tak mampu menghentikan laju penularan Covid-19 di Kota Tangerang.
Buktinya, setelah memasuki pekan keempat PSBB di Kota Tangerang, kasus penularan virus yang kali pertama terdeteksi di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok tersebut masih terus bertambah.
Data terbaru yang dilansir situs resmi Covid-19 Kota Tangerang, covid19.tangerangkota.go.id, diketahui bahwa jumlah tersebut telah bertambah 136 kasus pada Rabu (13/5/2020).
Sebelum PSBB berlangsung atau tepatnya pada 17 April 2020 lalu, jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Tangerang masih berada di angka 98 kasus.
Saat ini, kasus Covid-19 di Kota Tangerang sudah tercatat di angka 234 kasus dan dinyatakan sebagai wilayah di Provinsi Banten dengan tingkat kasus positif Covid-19 tertinggi.
Rincian kasus Covid-19 di Kota Tangerang, sehari sebelum penerapan PSBB atau tepatnya pada 17 April lalu, diketahui dari 98 kasus terdapat 15 orang dinyatakan meninggal dunia.
Sedangkan 17 kasus lainnya dinyatakan sembuh, 60 sisanya dinyatakan masih dirawat di rumah sakit.
Peningkatan kasus selama PSBB setelah memasuki pekan keempat, kasus meninggal dunia mencapai 24 kasus, 91 dinyatakan sembuh, dan 119 pasien masih dirawat.
Baca juga: Dengan 24 Kasus, Kota Tangerang Catat Angka Kematian Tertinggi akibat Covid-19 di Banten
Peningkatan juga terjadi pada orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
Sehari sebelum diberlakukan PSBB, jumlah ODP tercatat sebanyak 1.493 kasus. Pekan keempat PSBB, jumlah ODP meningkat menjadi 2.257 kasus.
Untuk OTG sendiri meningkat hampir tiga kali lipat dari jumlah semula sehari sebelum PSBB tercatat 214 kasus dan kini di pekan keempat tercatat 744 kasus.
Untuk PDP, sehari sebelum PSBB Kota Tangerang mencatat ada 505 kasus dan setelah memasuki pekan keempat PSBB jumlah meningkat menjadi 798 kasus.
Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan saat ini di wilayah Kota Tangerang justru berada di usia 18 sampai dengan 59 tahun.
"Karena kalau melihat tabelnya, yang paling banyak itu usia 19 sampai 50-an yang saya kirim barusan," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/5/2020).
Arief mengirim rekapituliasi data kasus Covid-19 di Kota Tangerang dengan data terakhir pada 10 Mei lalu.
Baca juga: Penderita Covid-19 di Kota Tangerang Terbanyak Berusia 18-59 Tahun
Jumlah kasus positif Covid-19 dengan rentang usia 18 tahun ke bawah hanya ada 8 kasus, untuk usia 19-59 tahun terdapat 160 kasus, sedangkang usia 60 tahun ke atas ada 39 kasus.
Menurut Arief, usia yang sebelumnya dinilai pemerintah pusat dapat bertahan dari paparan virus Covid-19 justru menjadi kelompok yang paling banyak terjangkit SARS-CoV-2.
"Itu paling banyak rentannya, kami belum break down lagi yang di atas 45 dan bawah 45 itu berapa banyak," ujar dia.
Dalam data tersebut juga tercatat jumlah kasus orang tanpa gejala (OTG) sebesar 136 kasus untuk rentang usia 18 tahun ke bawah, di rentang usia 18-59 tahun sebanyak 431 kasus dan di atas 60 tahun sebesar 38 tahun.
Sedangkan kasus orang dalam pemantauan (ODP) di bawah 18 tahun ada 432 kasus, 18-59 tercatat sejumlah 1.556 kasus, dan ada 179 kasus di atas 60 tahun.
Untuk kasus pasien dalam pengawasan (PDP), rentang usia 18 tahun ke bawah terdapat 106 kasus, 19-59 tahun ada 502 kasus dan 60 tahun ke atas ada 147 kasus.
Secara keseluruhan, usia di bawah 18 tahun tercatat sebesar 682 kasus, 19-59 tahun ada 2.649 kasus, dan di atas usia 60 tahun ada 403 kasus.
Seiring bertambahnya kasus Covid-19 di Kota Tangerang, semakin banyak pula kelurahan yang dinyatakan terjangkit.
Pada pekan sebelumnya, Senin (4/5/2020), Kota Tangerang mencatat masih ada 43 kelurahan dari 104 kelurahan yang nihil kasus Covid-19.
Namun, setelah satu pekan berlalu, jumlah tersebut berkurang. Ada sembilan kelurahan baru yang warganya terinfeksi virus Sars-Cov-2 atau dikenal dengan sebutan corona tersebut.
Baca juga: 34 dari 104 Kelurahan di Kota Tangerang Masih Bebas Covid-19
Sari 104 kelurahan, saat ini ada 34 kelurahan yang masih dinyatakan belum terdapat kasus Covid-19.
Berikut adalah daftar kelurahan yang bebas Covid-19 di Kota Tangerang.
Kecamatan Batuceper
1. Kelurahan Batujaya
2. Kelurahan Batusari
3. Kelurahan Poris Jaya
4. Kelurahan Poris Gaga Baru
5. Kelurahan Kebon Besar
Kecamatan Neglasari
1. Kelurahan Mekarsari
2. Kelurahan Kedaung Wetan
3. Kelurahan Selapajang Jaya
4. Kelurahan Kedaung Baru
Kecamatan Larangan
1. Kelurahan Kreo
2. Kelurahan Cipadu Jaya
Kecamatan Cipondoh
1. Kelurahan Petir
Kecamatan Karawaci
1. Kelurahan Margasari
2. Kelurahan Koang Jaya
3. Kelurahan Gerendeng
4. Kelurahan Nambo Jaya
5. Kelurahan Bojong Jaya
6. Kelurahan Karawaci
7. Kelurahan Nusa Jaya
8. Kelurahan Bugel
9. Kelurahan Sukajadi
Kecamatan Periuk
1. Kelurahan Periuk
2. Sangiang Jaya
Kecamatan Jatiuwung
1. Kelurahan Gandasari
2. Kelurahan Alam Jaya
3. Kelurahan Manis Jaya
Kecamatan Karang Tengah
1. Kelurahan Pedurenan
2. Kelurahan Parung Jaya
Kecamatan Ciledug
1. Kelurahan Tajur
Kecamatan Tangerang
1. Kelurahan Sukarasa
Kecamatan Pinang
1. Kelurahan Panunggangan Timur
2. Kelurahan Pakojan
3. Kelurahan Panunggangan
4. Kelurahan Nerogtog
5. Kelurahan Kunciran Jaya
Arief menilai, salah satu penyebab tingginya angka penyebaran Covid-19 di Kota Tangerang dikarenakan fungsi deteksi dini yang masih lambat.
Arief menyayangkan hasil tes polymerase chain reaction (PCR) atau dikenal dengan swab test yang hasilnya yang lama diperoleh.
Itulah sebabnya, kata dia, gerak cepat pemerintah Kota Tangerang sering terhenti dengan data kasus yang lama diperbaharui setelah 9-14 hari dilakukan tes swab.
"Hanya saya meragukan (hasilnya), karena pemeriksaan PCR lama," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa.
Untuk itu, masih kata Arief, Pemkot Tangerang meminta alat tes sendiri ke Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendi.
Baca juga: Hasil Tes Lama Keluar, Kota Tangerang Minta Alat Tes Swab Sendiri
"Saya minta pak Muhadjir, coba kalau di daerah yang ada kasus lebih dari 25 atau 30, seperti Tangerang kasusnyha banyak, tolong diberikan alat karena kami kesulitan (mendata kasus baru)," tutur Arief.
Arief mengatakan, salah satu risiko yang terjadi akibat lambatnya hasil tes swab tersebut adalah pasien yang terus beraktivitas.
Terlebih apabila pasien yang tidak memiliki gejala, kata Arief, bisa jadi sebelum mereka tidak mengetahui status positif atau tidak, pasien akan terus beraktivitas tanpa tau membawa virus Covid-19.
"Nah 9 hari (menuggu hasil tes) orang yang OTG dia belum tahu statusnya, dia akan kemana-mana dan bisa menularkan yang lain. itu yang jadi masalah," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.