Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Antrean Menumpuk di Bandara Soekarno-Hatta, Tanpa Physical Distancing

Kompas.com - 15/05/2020, 07:23 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Pada Kamis (14/5/2020) pagi, publik dikejutkan dengan beredarnya foto antrean yang mengular tanpa memerhatikan social distancing yang terjadi di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hata.

Foto antrean tersebut beberapa kali diunggah ke media sosial oleh para penumpang yang hendak berangkat. Pihak Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandara Soekarno-Hatta lantas mengonfirmasi hal ini.

Senior Manager Branch Communication and Legal Bandara Soekarno-Hatta Febri Toga Simatupang mengatakan, peristiwa yang terjadi sekitar pukul 04.00 WIB tersebut merupakan antrean pemeriksaan dokumen perjalanan yang dipersiapkan.

Baca juga: Bandara Soekarno-Hatta Benarkan Terjadi Penumpukan Antrean Calon Penumpang Kamis Pagi

"Benar terjadi (penumpukan antrean) di Bandara Soekarno-Hatta tadi pagi, hal tersebut dikarenakan validasi dokumen calon penumpang yang akan berangkat," ujar Febri saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis kemarin.

Namun, lanjut Febri, penumpukan antrean tersebut tidak berlangsung lama. Kurang dari 30 menit, petugas sudah mengatur kembali antrean untuk melakukan physical distancing.

Proses yang melibatkan banyak dokumen, kata Febri, membuat calon penumpang yang akan melakukan validasi jadi menumpuk.

Baca juga: Bukan Lonjakan Penumpang, Penyebab Antrean Panjang di Bandara Soetta karena Validasi Syarat Perjalanan

Adapun tiga dokumen yang harus divalidasi setiap penumpang berupa tiket pesawat, surat keterangan bebas Covid-19 dan surat tugas atau surat keterangan dari kantor dan instansi terkait.

"Dan itu divalidasi oleh tim satuan gugus udara Covid-19 bandara Soekarno-Hatta. Pemeriksaan proses validasi yang dilakukan secara teliti," ujar dia.

Jadwal penerbangan yang bersamaan

Febri juga menjelaskan, penumpukan antrean di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta dikarenakan jadwal penerbangan yang hampir bersamaan,

"Diantara pukul 06.00-08.00 terdapat 13 penerbangan dengan keberangkatan hampir bersamaan, yaitu 11 penerbangan Lion Air Group dan 2 penerbangan Citilink," ujar Febri.

Febri mengatakan, antrean terjadi di posko verifikasi dokumen yang dibuka mlai pukul 04.00 WIB dengan mayoritas penumpang yang berangkat pukul 06.00-08.00 WIB.

Bantah karena lonjakan penumpang

Febri juga membantah penumpukan antrian di Bandara Soekarno-Hatta akibat lonjakan penumpang.

Jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta selama masa larangan mudik jauh lebih kecil ketimbang jumlah normal jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.

"Kami informasikan tidak terjadi lonjakan penumpang," ujar Febri.

Baca juga: Bukan Lonjakan Penumpang, Penyebab Antrean Panjang di Bandara Soetta karena Validasi Syarat Perjalanan

Febri mengaakan, jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta yang datang dan pergi pada Rabu (13/5/2020) kemarin hanya di angka 4.000-an orang.

Sedangkan hari ini, pergerakan penumpang yang datang dan pergi di bandara terbesar di Indonesia tersebut tercatat di angka 5.700 orang.

"Sedangkan soekarno-hatta normalnya 150.000 penumpang perhari, sekarang hanya 5.700," kata Febri.

Waktu Efektif yang Tak Berjalan

Padahal sebelumnya, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin meminta kepada calon penumpang untuk tiba di Bandara Soekarno-Hatta 3 hingga 4 jam sebelum penerbangan berlangsung.

Waktu tersebut, kata Awaluddin, merupakan waktu efektif mengingat pemeriksaan berkas perjalanan selama masa larangan mudik 1441 Hijriyah cukup banyak.

"Ada waktu efektif sekitar 3-4 jam untuk melakukan pemeriksaan dokumen perjalanan," kata dia Senin lalu.

Baca juga: Viral Foto Antrean di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Ini Penerapan Jaga Jarak di Bandara

Namun, faktanya, posko verifikasi berkas perjalanan yang dibuka oleh Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta baru buka dua jam sebelum perjalanan berlangsung.

Posko tersebut, kata Febri, mulai beroperasi pukul 04.00 WIB, sedangkan penerbangan pertama pukul 06.00.

Janji akan mengevaluasi

Atas kejadian tumpukan antrian tersebut, Febri mengatakan, tim satuan Gugus Tugas Udara Bandara Soekarno-Hatta akan melakukan evaluasi mendalam agar tidak terulang kembali.

Begitu juga seluruh stakeholder termasuk maskapai akan mengevaluasi jadwal keberangkatan pesawat agar penumpukan antian di pos verifikasi tidak terjadi lagi.

Juga menambah personel dari Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 yang bertugas untuk melakukan verifikasi dokumen di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta

"Kami akan mengevaluasi terkait dengan kejadian ini," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com