DEPOK, KOMPAS.com - Kurun waktu tiga jam terasa mengerikan bagi Ina, warga Depok, Kamis (14/5/2020).
A, putranya, semestinya sudah kembali ke rumah pada sekitar pukul 13.00 WIB kemarin. Namun, anak sulungnya itu tak kunjung pulang seusai mengumpulkan rapor di sekolahnya di dekat Taman Merdeka, Depok.
A pergi bersama rekannya, N.
Baca juga: Anak SMP Korban Percobaan Penculikan oleh Polisi Gadungan di Depok Alami Trauma
"Jam 13.00 akhirnya saya memutuskan menelepon anak saya karena belum sampai rumah juga. Saya mau ingatkan, 'Bang, pulang, shalat'," ujar Ina kepada wartawan, Jumat, saat mengingat kembali awal mula ia tahu putranya dalam bahaya.
"Saya baru mencet, dia sudah telepon duluan," tambah dia.
Lewat telepon, anaknya memberi tahu bahwa dia dan temannya ditangkap polisi di dekat sekolah mereka.
Ina tentu saja merasa terkejut dan panik. Ia penasaran dan mencoba berbicara dengan polisi yang menangkap anaknya itu.
Namun, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Orang yag disebut sebagai polisi itu terkesan menghindar saat ditanya.
Beberapa jam kemudian memang ketahuan bahwa yang menangkap anaknya itu ternyata polisi gadungan.
Polisi gadungan berinisial I itu menuduh A dan N telah melanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena nongkrong dengan teman-temannya saat keluar gerbang sekolah.
A dan N saat itu teperdaya karena I tampak memiliki stiker dan emblem polisi serta membawa handy talky (HT).
Namun, I kemudian diciduk polisi sungguhan di bilangan Jakarta Selatan dan segera diketahui niat bulusnya.
Kemarin, A dan N telah kembali ke rumah. Semalam, Ina sudah melapor ke polisi agar percobaan penculikan itu segera diusut oleh jajaran Polres Metro Depok.
Ina menolak tawaran menyelesaikan kasus itu secara kekeluargaan.
Bagi Ina, nyaris kehilangan anak sulung enam bulan usai ditinggal wafat suaminya pada Desember 2019 membuat dunianya seakan runtuh.