JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Pasar Tanah Abang kembali diramaikan sejumlah pedagang pakaian dan pengunjung menjelang hari raya Idul Fitri 1441 H.
Meskipun gedung pusat perbelanjaan itu masih ditutup akibat pandemi Covid-19, para pedagang itu beramai-ramai membuka lapak di trotoar kawasan Pasar Tanah Abang.
Mereka tersebar di sepanjang Jalan Jati Baru hingga area Gedung Blok G, dekat jembatan penyeberangan multiguna Tanah Abang.
Alhasil, kerumunan masyarakat tak terhindarkan pada saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih berlaku di Jakarta.
Pedagang dan pembeli saling berdesakan di kawasan pasar yang lokasinya berada di zona merah Covid-19 tersebut.
Baca juga: Pengunjung Tanah Abang Masih Banyak, Pedagang Pun Terdorong Berjualan
Camat Tanah Abang Yassin Passaribu menjelaskan bahwa pedagang yang diam-diam beroperasi di pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu sudah terlihat sejak pertengahan pekan lalu.
Namun, semakin hari jumlah pedagang terus bertambah, bahkan terang-terangan berjualan tanpa menghiraukan larangan berjualan pasa masa PSBB.
"Pemantauan kita memang beberapa hari belakangan ada pedagang yang coba-coba berjualan, tapi tidak seramai sekarang. Ini sepertinya kompak banget mereka,” ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (17/5/2020).
Kepadatan kawasan Pasar Tanah Abang yang cukup parah terjadi pada Minggu (17/5/2020) dan Senin (18/5/2020).
Para pedagang yang nekat berjualan kembali di tengah PSBB semakin banyak. Hal itu karena mereka melihat pengunjung Pasar Tanah Abang yang juga terus bertambah.
"Sebenarnya pembeli yang datang itu penyebabnya. Kalau tidak ada pembeli, para pedagang juga sepi. Sekarang pembeli berdatangan, ya pedagang pada buka," ungkap Yassin.
Baca juga: Pasar Tanah Abang Ramai Saat PSBB, Satpol PP Tak Tega Sita Barang Pedagang
Dia mengatakan, para pedagang membuka lapak jualannya di atas trotoar kawasan Pasar Tanah Abang sekitar pukul 08.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
Sementara waktu keramaian pengunjung terjadi mulai pukul 08.30 WIB.
Menurut Yassin, para pembeli yang datang itu kebanyakan bukan warga Jakarta, tetapi berasal dari kota-kota penyangga Ibu Kota, mulai dari Bogor hingga Bekasi.
"Pembeli rata-rata berasal dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi," ungkapnya.