Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Main Catur Raksasa, Cara Warga Pondok Aren Ngabuburit di Tengah Wabah Covid-19

Kompas.com - 21/05/2020, 14:56 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Warga yang bermukim di Sawah Utama RT 03 RW 02 Wadas Sari 2, Pondok Betung, Pondok Aren, Tangerang Selatan, memiliki cara tersendiri untuk mengisi waktu menjelang berbuka puasa.

Jika kebanyakan ngabuburit dilakukan dengan cara jalan-jalan sambil mencari takjil, mereka hanya berada di sekitar rumah bermain catur.

Cara tersebut dilakukan karena mematuhi aturan pemerintah untuk tidak berkerumun di tengah wabah Covid-19.

Baca juga: Satpol PP Bekasi: Pergerakan Didominasi Orang yang Ngabuburit

Namun, ada yang berbeda dalam permainan catur kali ini. Khususnya pada ukuran caturnya yang besar atau raksasa.

Catur raksasa tersebut diciptakan oleh warga bernama Jodi Purnama yang dimainkan oleh para tetangganya.

Mereka memainkan catur raksasa sejak minggu kedua Ramadhan.

"Iya saya pasang di depan rumah, karena tidak ada tempat. Ini untuk ngabuburit warga saja karena tidak boleh keluar rumah, jadi sambil tunggu maghrib di rumah," kata Jodi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/5/2020).

Jodi menceritakan, munculnya catur raksasa tersebut karena acara pameran di Jakarta Internasional Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta gagal digelar beberapa waktu lalu akibat wabah covid-19.

"Papan" catur raksasa itu luasnya 5 × 5 meter dengan luas petak hitam dan putih 60x60 sentimeter menggunakan matras.

"Saya kebetulan memang produksi catur raksasa, dan saat itu ada pesanan buat pameran dan batal. Mengikuti anjuran pemerintah enggak boleh ada keramaian akhirnya kita buat di rumah ini. Mainnya (catur) kan tidak berdekatan," katanya.

Catur raksasa yang dibuat selama 45 hari tersebut dimainkan setiap sore hari.

Olahraga mengasah otak tersebut disambut antusias warga yang ingin mencoba memainkannya.

"Awalnya ramai, karena terlalu ramai kan enggak boleh akhirnya dijadwal yang ingin main," papar Jodi.

Masyarakat ingin bermain catur raksasa namanya harus terdaftar dalam jadwal yang telah dibuat.

Setidaknya ada empat orang dalam sehari yang memainkan catur yang memiliki pion raja dengan tinggi 1-1,5 meter itu.

"Dari 4 orang main paling dapat dua kali permainan. Jadi dari pukul 14.30 sampai 17.00 WIB," ucapnya.

Baca juga: Dilema Puasa di Tengah Pandemi Covid-19, Rindu Bukber hingga Ngabuburit

Jodi berharap kemunculan catur raksasa ini dapat menjadi penghibur masyarakat di tengah wabah Covid-19.

"Dengan media (papan catur) yang besar menjadi perhatian masyarakat tentang catur ini. Paling tidak ramai (peminat) seperti bulu tangkis," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN Tak Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024

Gugatan PDI-P atas KPU ke PTUN Tak Bisa Pengaruhi Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Sempat Mengamuk Saat Dibawa Sudinsos

ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Sempat Mengamuk Saat Dibawa Sudinsos

Megapolitan
Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Kan Belum Dilantik

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Kan Belum Dilantik

Megapolitan
Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Belum Ada yang Pesan

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Belum Ada yang Pesan

Megapolitan
Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Megapolitan
ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai 'Cutter' juga Lukai Warga Rusun

ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai "Cutter" juga Lukai Warga Rusun

Megapolitan
Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Megapolitan
Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Megapolitan
Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Megapolitan
Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Megapolitan
Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Megapolitan
Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com