Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Galaunya Ibu Hamil gara-gara Corona...

Kompas.com - 30/05/2020, 05:50 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Nursita Sari

Tim Redaksi

Saya baru bersedia kontrol kehamilan kembali pada pertengahan Mei lalu, setelah berulang kali dibujuk, bahkan dipaksa suami saya.

Saat itu, saya, ditemani suami, memeriksakan kehamilan di klinik tempat pertama kali saya kontrol.

Bingung mencari tempat bersalin

Setelah bersedia kontrol kehamilan lagi, kekhawatiran saya berikutnya adalah soal tempat bersalin.

Hingga kini, saya masih bingung mencari tempat bersalin. Klinik khusus ibu dan anak bisa menjadi pilihan.

Masalahnya, klinik tersebut tidak melayani persalinan secara caesar. Pihak klinik akan merujuk pasien yang harus melahirkan caesar ke rumah sakit.

Saya tentunya berharap bisa melahirkan dengan persalinan normal, seperti saat melahirkan anak pertama.

Namun, bila keadaan tak sesuai harapan, saya harus melahirkan secara caesar, saya tidak pernah tahu kondisi rumah sakit rujukan klinik tersebut, apakah steril dari Covid-19 atau tidak.

Kondisi itulah yang membuat saya masih bingung mencari tempat bersalin yang saya rasa aman.

Saat ini, saya hanya berharap pandemi Covid-19 sudah berakhir saat hari perkiraan lahir (HPL) anak kedua saya tiba, yakni akhir Agustus 2020 nanti.

Baca juga: Video Viral Sosialisasi Tunda Kehamilan, Kawin Boleh Hamil Jangan, Ini Klarifikasinya

Mengubur angan keliling mal

Juni 2020 menjadi bulan yang paling saya tunggu. Ya, saat itu, saya—sebut saja Nadia—bisa menimang anak yang telah didamba setelah setahun menikah.

Angan mengajaknya berjemur sambil keliling kompleks, cuci mata di mal, hingga mengajaknya melihat keramaian di alun-alun Depok yang baru diresmikan awal tahun ini sudah terbayang di benak.

Namun, di awal Maret 2020, saya tahu bahwa angan itu harus saya pendam.

Sesaat setelah pemerintah mengumumkan ada kasus Covid-19 pertama di Indonesia, apalagi domisilinya sama dengan saya di Depok, rasa cemas pun mendera.

Bagaimana saya menjalani hari-hari dihantui virus corona dengan kondisi hamil begini?

Apalagi, virus menyerang tubuh yang imunnya lemah. Ibu hamil umumnya punya imunitas yang lebih rendah ketimbang manusia yang tidak hamil.

Enggak bisa jalan-jalan dong? Enggak bisa jalan pagi muterin danau UI lagi dong? Enggak bisa nonton di bioskop dong?

Mau enggak mau, selama tiga bulan terakhir, saya benar-benar di rumah saja. Beli kebutuhan pokok pun kebanyakan via online.

Perjalanan terjauh hanya ke klinik tempat kontrol kehamilan yang jaraknya lebih kurang dua kilometer dari rumah.

Urusan cek kehamilan pun sempat membuat saya khawatir. Amankah kalau saya tetap rutin kontrol kandungan setiap bulan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama KontraS Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com