Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi New Normal, Pengusaha Jakarta Khawatir Pendapatan Tak Sebanding Biaya Operasional

Kompas.com - 31/05/2020, 22:06 WIB
Nursita Sari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pengusaha di Jakarta khawatir menghadapi era kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi Covid-19 yang direncanakan pemerintah.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi mengatakan, para pengusaha khawatir pemasukan yang mereka dapatkan nantinya tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan.

"Kalau usahanya dimulai, lalu pangsa pasarnya tidak ada, itu akan memengaruhi kapital yang semakin berkurang di mana biaya operasional tetap keluar, sedangkan income tidak balance," ujar Diana saat dihubungi Kompas.com, Minggu (31/5/2020).

Baca juga: Sebelum Terapkan New Normal, Suatu Daerah Wajib Lakukan Sosialisasi hingga Simulasi

Diana menjelaskan, daya beli masyarakat belum tentu sudah pulih saat pemerintah mulai menerapkan era new normal.

Sebab, banyak warga yang perekonomian terdampak Covid-19. Angka pengangguran pun melonjak.

Hal itulah yang menyebabkan para pengusaha di Jakarta khawatir untuk memulai kembali usahanya saat new normal nanti.

"Sampai saat ini, sebagian pengusaha masih ada yang ragu untuk melangkah dengan keputusan mau memulai operasional atau menunggu," kata Diana.

Baca juga: Aspek Ini yang Jadi Pertimbangan Pemerintah Sebelum Terapkan New Normal

"Bila usaha dimulai kembali tapi Covid-19 masih mewabah, ini akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang belum pulih. Tetapi, kalau (usahanya) tidak juga dimulai, kapan bisa memulihkan ekonomi pengusaha itu sendiri," tambah dia.

Oleh karena itu, Kadin DKI Jakarta berharap pemerintah memberikan relaksasi kepada para pengusaha untuk kembali menggeliatkan usahanya. Relaksasi yang dibutuhkan salah satunya di sektor perpajakan.

"Dan buat regulasi yang jelas kepada bank untuk memberikan keringanan bunga bank kepada seluruh debitur yang usahanya terkena dampak," ucap Diana.

Diana pun mengakui krisis ekonomi mulai terasa di Jakarta akibat wabah Covid-19.

Baca juga: Pemerintah: New Normal Tidak Mungkin Dilakukan Serempak

Alasannya, perekonomian Jakarta ditopang oleh sektor perdagangan dan konsumsi masyarakat, sementara banyak sektor-sektor usaha tersebut yang tutup akibat Covid-19.

Sektor usaha yang paling terpuruk akibat Covid-19 di antaranya tour & travel, properti, hotel, dan resto.

Ribuan resto dan waralaba terpaksa tutup selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sekitar 100 hotel di Ibu Kota pun terpaksa berhenti beroperasi.

Baca juga: Kadin: Jakarta Mulai Rasakan Krisis Ekonomi Imbas Covid-19, Ini 4 Sektor yang Paling Terpuruk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Harga Pepaya di Pasar Induk Kramatjati Anjlok, Pedagang: Tombok Terus

Megapolitan
Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Pilkada Kota Bogor 2024, Golkar Prioritaskan Koalisi dengan Partai Pengusung Prabowo-Gibran

Megapolitan
Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Amankan Penetapan Presiden-Wakil Presiden 2024, Polda Metro Kerahkan 4.051 Personel Gabungan

Megapolitan
Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya karena Pembeli Belum Balik ke Jakarta

Megapolitan
Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Komisi B DPRD DKI Minta Pemprov DKI Tak Asal Batasi Kendaraan, Transportasi Publik Harus Membaik

Megapolitan
Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Politisi PAN dan Golkar Bogor Bertemu, Persiapkan Koalisi untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Nasib Tiktoker Galihloss Pelesetkan Kalimat Taawuz Berujung Terseret Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Teganya Agusmita yang Tinggalkan Kekasihnya Saat Sedang Aborsi di Kelapa Gading, Akhirnya Tewas karena Pendarahan

Megapolitan
Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Antisipasi Demo saat Penetapan Prabowo-Gibran di KPU, Warga Diimbau Cari Jalan Alternatif

Megapolitan
Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Pendapatan Meningkat 13 Persen, PT KCI Raup Rp 88 Miliar Selama Periode Lebaran 2024

Megapolitan
Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Soal Penambahan Lift dan Eskalator di Stasiun Cakung, KCI Koordinasi dengan Kemenhub

Megapolitan
Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Pengurus PAN Sambangi Kantor Golkar Bogor, Sinyal Pasangan Dedie-Rusli pada Pilkada 2024?

Megapolitan
Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Aduan Masalah THR Lebaran 2024 Menurun, Kadisnaker: Perusahaan Mulai Stabil Setelah Pandemi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com