Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2020, 16:54 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok melaporkan bahwa tren penularan virus corona dan temuan pasien positif tiap harinya mulai melambat selama beberapa hari ke belakang.

Wali Kota Depok Mohammad Idris juga mulai mengapungkan wacana bakal menerapkan PSBB hanya di level RW atau kelurahan zona merah saja, sembari menyiapkan new normal atau normal baru di luar zona merah jika penularan tak melonjak pada 4 Juni 2020 nanti.

Akan tetapi, Ketua Satuan Tugas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok Alif Noeriyanto punya pendapat lain.

Baca juga: Depok Terapkan PSBB Level RW jika Penularan Covid-19 Terus Berkurang

Dilihat dari kacamata epidemiologis, keputusan tersebut dinilai dapat berpotensi mengulang peristiwa merebaknya Covid-19 dalam waktu yang bersamaan (outbreak), seperti yang terjadi pada awal Maret 2020.

"Ada, ada (potensi outbreak seperti awal Maret). Jadi sebetulnya kondisi ini api dalam sekam. Kita tidak tahu, apakah memang betul-betul normal atau tidak normal," jelas Alif ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (2/6/2020).

"Ini malah kita harus was-was," tambah dia.

Ada beberapa alasan yang menjadi dasar kekhawatiran Alif bahwa wacana Pemkot Depok menerapkan kenormalan baru secara parsial kelak berpeluang mengulang outbreak awal Maret.

Baca juga: Satu RW Masih Zona Merah, 200 Warga Pisangan Baru Jalani Rapid Test Covid-19

Pertama, outbreak kemungkinan besar terjadi saat gelombang arus balik para pemudik tiba di Depok.

"Dugaan kami, mereka akan segera mau kembali di minggu ini. Sudah banyak pembicaraan di medsos, orang-orang mau mengecek swab untuk ART yang kembali dari daerah. Itu harus diwaspadai," kata dia.

Kedua, penerapan new normal kerap disusul oleh gelombang kedua penularan virus corona, bercermin dari pengalaman beberapa negara maju.

"New normal tidak mudah. Swedia kacau. Korea Selatan yang sudah lebih maju dari kita kacau. Jepang menunda new normal," ungkap Alif.

Baca juga: Politisi PDI-P Minta Penerapan Aturan dan Sanksi Saat Berlakunya New Normal

Kekhawatiran terakhir. yakni berkaitan dengan kemampuan pemeriksaan Covid-19 di Depok.

"Berkaitan dengan jumlah testing kita. Jumlah PCR kita bertambah lima, tapi jumlah VTM (virus transport medium, sejenis wadah meletakkan sampel pasien) berapa kita tidak tahu. Kita punya senjata, tapi kita tidak punya peluru, buat apa?" tambah dia memberi analogi.

Data terbaru per Senin (1/6/2020), Kota Depok telah melaporkan 557 kasus positif Covid-19 dengan 240 di antaranya dinyatakan sembuh.

Namun, angka kematian sudah mencapai 115 kasus, gabungan dari kematian 30 pasien positif Covid-19 dan kematian 85 suspect/PDP yang menurut pedoman WHO, keduanya dihitung sebagai kematian berkaitan dengan Covid-19.

Saat ini, pasien positif Covid-19 di Depok masih terdapat di seluruh kecamatan, dengan total 287 kasus aktif baik para pasien positif Covid-19 yang masih dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri di kediaman masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com