"Maka, solusinya yang pertama, tetap menjaga wilayah dengan ketat supaya yang mudik tidak kembali. Tetapi, ya kasihan juga, maka harus disiapkan tempat isolasi bagi mereka," lanjut Alif.
3. Bercermin dari negara lain
Penerapan new normal kerap disusul oleh gelombang kedua penularan virus corona, bercermin dari pengalaman beberapa negara maju.
Korea Selatan, misalnya, selepas melonggarkan pembatasan selama beberapa saat, pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengetatkan lagi pembatasan lantaran penularan Covid-19 kembali melonjak.
"New normal tidak mudah. Swedia kacau. Korea Selatan yang sudah lebih maju dari kita kacau. Jepang menunda new normal," ungkap Alif.
4. Kemampuan tes Covid-19 masih rendah
Kekhawatiran terakhir yakni berkaitan dengan kemampuan pemeriksaan Covid-19 di Depok.
Ia memberi usul, Depok bersurat ke pemerintah pusat supaya dikirimi unit mobile PCR keliling demi menggenjot kapasitas tes Covid-19.
"Berkaitan dengan jumlah testing kita. Jumlah PCR kita bertambah 5, tapi jumlah VTM (virus transport medium, sejenis wadah meletakkan sampel pasien) berapa kita tidak tahu. Kita punya senjata, tapi kita tidak punya peluru, buat apa?" tambah Alif.
"Kita harus evaluasi. Pertama, yang kami tahu, angka pemeriksaan swab di Depok termasuk rendah. Tidak sesuai dengan standar. Jumlahnya tidak banyak," ujar dia.
Baca juga: Ini Saran IDI untuk Meminimalisasi Outbreak Covid-19 jika Depok Terapkan New Normal
5. Pasar berpotensi jadi klaster penularan
Alif beranggapan, simpul-simpul keramaian utamanya pasar menjadi lokasi yang harus segera dibenahi pemerintah sebelum memasuki masa new normal.
"Kalau pasar tidak ditata baik, munculnya klaster baru besar peluangnya, contohnya di Surabaya. Di depok juga bisa begitu, apalagi ketika nanti dibuka, masyarakat untuk kebutuhan pangan itu kan tinggi," jelas dia.
Alif berujar, di beberapa pasar di Depok seperti Pasar Cisalak, Musi, dan pasar di Sukatani sudah terjaring sejumlah pedagang yang positif Covid-19.
Maka, ia mengusulkan agar pasar dibenahi agar pengunjung tak saling berdesakan serta dapat mengakses fasilitas kebersihan dengan mudah. Selain itu, penetapan kuota jumlah pengunjung juga penting diberlakukan.
"Lalu menyiapkan masker dan tempat cuci tangan di masing-masing selasar, kios serta pintu keluar-masuk pasar. Jadi ini saatnya menata pasar yang benar-benar steril dan menenangkan bagi orang yang mau belanja di situ," jelas Alif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.