Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2020, 14:41 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com - Kota Bekasi tengah berada dalam fase adaptasi kebiasaan baru (AKB) sebelum memasuki era new normal usai Kamis (4/6/2020) ini.

Sektor restoran, rumah peribadatan, dan pasar tradisional perlahan sudah mulai dibuka, khususnya yang berada di zona hijau.

Rencana kenormalan baru menuai tanggapan beragam dari masyarakat Kota Bekasi. Intan Pratiwi, misalnya. Salah satu warga Bekasi ini mengaku khawatir akan terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi saat new normal kelak diterapkan.

Sebab, Intan menilai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga lima jilid di Kota Bekasi nyatanya tak ampuh mengurangi pergerakan masyarakat.

Baca juga: PSBB Berakhir pada 4 Juni, Kabupaten Bekasi Terapkan Adaptasi Kebiasaan Baru

“Khawatir banget (lonjakan kasus Covid-19), apalagi Bekasi juga PSBB enggak ngaruh, tetap saja ramai. Malahan mau ke kantor Jakarta juga sudah ramai,” ucap Intan kepada Kompas.com, Kamis (4/6/2020).

Rutinitas menuju tempat bekerja di Jakarta bahkan membuat Intan kerap dilema.

Andai memilih naik transportasi umum, maka ia harus berdesakkan dengan banyak orang. Namun, jika naik kendaraan pribadi, ia harus menyesuaikan pelat nomor mobilnya dengan aturan ganjil genap.

Baca juga: Kebijakan Ganjil Genap Kembali Berlaku Setelah PSBB Jakarta Berakhir

“Pasrah bingung naik apa kalau ke kantor jika ganjil genap. Tekor naik taksi terus, mau naik transportasi umum mungkin enggak desek-desakkan saat di dalam KRL, tapi rebutan naiknya itu enggak kebayang,” kata Intan.

Ia pun telah menyiapkan beberapa perlengkapan pribadinya menyambut new normal.

“Bawa hand sanitizer, sabun, tisu basah, antiseptik, alat zero touch buat lift dan buka pintu dan siap sedia masker,” ujar Intan.

Sama halnya Kunsih, yang juga warga Bekasi. Dia pun mengaku khawatir jika nantinya new normal diterapkan justru membuat masyarakat tidak dapat menahan diri.

Baca juga: Pakar Epidemiologi: Bekasi Harus Siap Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 jika Terapkan New Normal

Hal itu malah bisa saja mengakibatkan lonjakan kasus Covid-19 tinggi di Kota Bekasi.

“Daerah Bekasi bertetangga dengan Jakarta, apalagi berbagai aktivitas warganya bolak-balik Jakarta tinggi. Khawatir new normal malah mengakibatkan second wave,” kata Kunsih.

Menurut dia, selama PSBB diterapkan, masih banyak masyarakat yang melanggar. Mulai dari mereka yang masih berkerumun dan tidak pakai masker saat keluar rumah.

Kunsih mengatakan, harusnya pemerintah lebih maksimal mengedukasi masyarakat tentang apa saja yang harus dipersiapkan saat new normal kelak diterapkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com