Ia berujar, tim internal gereja yang telah menginvestigasi kasus ini sebelum melaporkan SPM ke polisi akan terus bekerja.
"Kasus kayak gini, kalau kita baca pengalaman-pengalaman pada kasus seperti ini sebelumnya, korbannya tidak satu, bisa saja korbannya ada banyak," kata dia.
"Berangkat dari situ makanya saya dengan teman-teman terus menginvestigasi kasus ini supaya kita bisa melakukan perbaikan dengan bagus," tambah Tigor.
Tigor melanjutkan, hasil mendengarkan penuturan cerita pencabulan dari para korban, SPM kerap melontarkan tipu daya dan ancaman kepada anak-anak itu untuk melancarkan aksinya.
"Kalau menolak permintaannya si pelaku, mereka diancam, dibilang, 'Kamu tidak akan dapat tugas lagi'," ungkap Tigor.
"Ada juga yang kemudian keluar dan tidak aktif sejak kejadian itu. Mereka trauma. Mereka takut. Ada juga yang, misalnya, anak-anak itu menolak diberhentikan sama si pelaku, jadi enggak dikasih tugas lagi," imbuh dia.
Baca juga: Kasus Pencabulan Anak oleh Pengurus Gereja di Depok: Korban Diancam jika Tak Nurut
Ia beranggapan, terdapat sejumlah dimensi yang membuat kasus ini baru terendus setelah terjadi sekian lama dan menghantui belasan atau bahkan puluhan anak-anak lain sejak dulu.
"Saya melihat ini ada situasi di mana korban tidak tahu bahwa dirinya sedang dilecehkan karena mereka masih anak-anak, paling kecil 11 tahun," kata Tigor.
"Ketika saya mengobrol dengan orangtuanya, juga orangtuanya kadang tidak ngeh, tidak tahu. Anak-anaknya juga tidak menceritakan ke orangtuanya."
"Kemudian kalau mereka tahu, ada juga orangtua yang takut dan malu," lanjut dia.
Perihal paksaan ini juga dibenarkan oleh Kapolres Azis Andriansyah.
"Sedikit ancaman memang ada, tapi tidak sampai ancaman kekerasan," kata dia kepada wartawan, Senin.
Pastor paroki Gereja, Yosep Sirilus Natet menjamin bahwa pihak gereja tak akan menutup-nutupi kasus ini.
Dengan besar hati, ia mengakui bahwa insiden ini terjadi dalam internal mereka. Natet menegaskan komitmennya melindungi para korban dam mengungkap kasus ini.
"Saya mengatakan bahwa, terungkapnya kasus ini, tidak menjadikan gereja merasa bangga atau bahagia. Akan tetapi, ini menjadi sebuah cermin bagi gereja untuk tetap berbenah," ungkap Natet kepada Kompas.com via telepon, Senin sore.