Mereka mendatangi Natet untuk meminta pandangan, karena bagaimana pun kasus pencabulan ini menjerat seorang pejabat senior gereja.
Natet menyampaikan bahwa gereja harus berbesar hati mengakui ada borok dalam internal mereka yang harus diselesaikan secara hukum.
Terlebih, kasus ini menyangkut anak-anak yang akhirnya menderita trauma akibat pencabulan oleh SPM.
"Saya katakan, kalau gereja punya semacam kehendak untuk mengungkap segala yang menjadi borok atau keburukan yang terjadi, kenapa tidak?" ujar Natet.
"Kalau ini memang sesuatu yang terjadi di dalam gereja, korbannya umat saya, pelaku juga umat saya, kita harus tetap menegakkan keadilan ... bahwa apa yang terjadi adalah pelanggaran," ungkap dia.
3. Temukan sebanyak mungkin korban dan mendampingi mereka
Natet menjamin bahwa pihak gereja akan selalu mendampingi anak-anak maupun keluarga mereka imbas kasus pencabulan yang dilakukan oleh SPM.
Natet berujar, pendampingan serta rehabilitasi tidak hanya akan menyasar anak-anak yang menjadi korban pencabulan oleh SPM, melainkan juga orangtua mereka yang dilanda syok.
"Kepada orangtua korban juga kami terus berkomunikasi dan kami upayakan pendampingan mereka," ujar Natet.
Baca juga: Pengurusnya Lakukan Pencabulan, Gereja di Depok Janji Bantu Pulihkan Trauma Para Korban
"Ini agar mereka merasa tidak sendirian, tetapi hadir bersama dengan kita, bahwa ini sesuatu yang salah dan sudah mereka perjuangkan dengan benar," tambah dia.
"Mereka pejuang buat gereja utk membongkar ini semua."
Di samping mendampingi para korban, Natet berjanji tak akan surut mengerahkan tim investigasi internal gereja untuk terus mencari tahu, apakah ada anak-anak lain yang juga pernah menjadi korban pencabulan oleh SPM.
Sebab, sekira 11 anak-anak yang hingga hari ini sudah mengaku bahwa dirinya pernah jadi korban pencabulan, berawal dari pengakuan salah 1 anak yang diikuti oleh pengakuan berikutnya.
"Kepada orang tua orang tua lainnya kami juga akan upayakan untuk bisa semacam rapid test. Kami akan mengundang mereka dan meminta mereka bertanya kepada anak-anak mereka yang terlibat dalam kegiatan ini, apakah mereka sudah pernah mengalami hal-hal yang tidak pantas," ungkap Natet.
4. Momentum berbenah