"Ini menjadi sebuah cermin bagi gereja untuk tetap berbenah di dalam. Gereja berani bersikap dan berani mengakui kesalahannya, kalau memang ini menjadi bagian dalam dirinya. Ini juga menjadi bagian dalam mengupayakan sesuatu agar gereja semakin baik lagi," ungkap Natet lagi.
Ia baru tiga bulan menjabat sebagai pastor paroki di Gereja Santo Herkulanus Depok. Sementara itu, SPM sudah malang-melintang di internal gereja itu sejak awal 2000-an.
Dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh SPM, ia kemudian diangkat oleh Natet sebagai kepala di salah satu seksi internal gereja.
Kala itu, Natet yang notabene "orang baru" maupun pengurus-pengurus lain belum mendengar dugaan pencabulan oleh SPM terhadap anak-anak.
Baca juga: Munculnya Kasus Pencabulan Anak Jadi Momentum Berbenah Diri bagi Gereja Herkulanus Depok
"Saya pikir dia usianya sudah cukup dan memadai untuk menjadi pengurus yang punya tanggung jawab lebih besar, daripada sekadar pendamping di subseksi, saya naikkan," kata Natet.
Imbas kasus ini terkuak, ia menyadari bahwa ada prosedur lain yang seharusnya lebih ketat ketika hendak menyeleksi pengurus gereja, atau dalam bahasa lain, pembenahan kepengurusan internal gereja.
"Kelemahan pada umumnya mungkin gereja ketika melihat orang yang baik, rajin, ramah, mudah untuk memberi, itu menjadi ukuran-ukuran yang kadang menjadi sesuatu yang lebih, dan akhirnya kita libatkan dalam kepengurusan," jelas Natet.
"Tapi bahwa ternyata ukuran-ukuran ini harus diupayakan, bisa direvisi lah. Bukan sekadar mereka sudah melakukan apa, atau apa yang sudah mereka berikan, tetapi juga ada evaluasi dari orang-orang lain yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.