Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beragam Alasan Warga Positif Covid-19 di Depok Tolak Dirawat di RS

Kompas.com - 19/06/2020, 17:01 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok menghadapi beragam alasan warga yang menolak untuk dirawat di rumah sakit (RS) padahal sudah terpapar Covid-19.

Data hingga Selasa (16/6/2020) lalu yang diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, total ada 224 pasien positif Covid-19 yang sedang ditangani saat itu, tetapi hanya 83 orang di antaranya yang dirawat di rumah sakit.

"Warganya ada juga yang menolak. Kan ada yang takut bayar, takut nanti kalau suruh bayar nanti bagaimana," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

"Kami bilang, ini gratis, supaya mau (dirawat di rumah sakit)," lanjut dia.

Baca juga: Potensi Penularan Covid-19 Naik, Pemkot Depok Desak Pasien Positif Tidak Isolasi Mandiri

Untuk warga yang tidak tahu dirawat, pemerintah masih terus melakukan sosialisasi dan edukasi.

Namun, Novarita mengungkapkan beberapa warga melontarkan alasan-alasan lain yang tidak dilatarbelakangi ketidaktahuan soal mekanisme perawatan pasien positif Covid-19 di rumah sakit. Menurut dia, alasannya bersifat personal.

"Ada yang punya anak kecil. Mereka beralasan, 'Bagaimana anak saya, tidak ada yang jagain'. Namanya orang kan. Kalau benda mah iya tinggal ditaruh di sono," ujar Novarita.

Ia menjelaskan, ketentuan bahwa setiap pasien positif Covid-19 harus dirawat di rumah sakit akan semakin digalakkan.

Sebetulnya, protokol bahwa pasien positif Covid-19 dirujuk ke rumah sakit khusus sudah dirumuskan Wali Kota Depok, Mohammad Idris, sejak bulan lalu.

Pemerintah Kota Depok juga telah bekerja sama dengan beberapa rumah sakit yang didedikasikan khusus untuk isolasi para pasien positif Covid-19, yakni RS Hasanah Graha Afiah (HGA), RS Citra Medika, serta RSUD Kota Depok.

Rumah sakit rujukan lain adalah RS Universitas Indonesia dan RS Brimob/Bhayangkara. Dua rumah sakit itu tidak dalam kondisi kelebihan kapasitas.

Depok kini tengah memasuki fase pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional. Saat PSBB proporsional, sejumlah pembatasan aktivitas warga dilonggarkan dalam upaya menyongsong new normal.

Hal itu membuat potensi penularan Covid-19 di Depok (angka "Rt") kembali meningkat, dari 0,51 menjadi kembali di atas 1 pada pekan lalu.

Jika angka Rt di atas 1, berarti penularan penyakit di suatu wilayah terjadi cukup banyak sehingga wabah akan terus ada.

Keadaan itu bisa semakin buruk jika banyak warga yang bersikeras isolasi mandiri di rumah, padahal belum tentu situasi kediamannya cukup kondusif untuk itu.

"Jadi melihat angka Rt kita naik, Pak Wali ingin supaya cepat turun, dimasukinlah (pasien positif Covid-19) ke rumah sakit supaya konsentrasi bisa sembuh. Kalau di rumah kan ketularan lagi, lalu yang negatif nanti positif lagi," kata Novarita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com