Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapangan Monas dari Masa ke Masa, Pernah Jadi Pacuan Kuda

Kompas.com - 20/06/2020, 16:40 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - DKI Jakarta akan berulang tahun yang ke-493 pada 22 Juni 2020, mendatang.

Hari jadi tersebut seakan menjadi bentuk pengingat bagi masyarakat kalau DKI Jakarta memiliki sejarah yang panjang.

Beberapa tempat di Jakarta menjadi saksi bisu perkembangan Ibu Kota sampai saat ini. Seperti Monumen Nasional (monas), misalnya.

Dikutip dalam buku "Batavia Kota Banjir" oleh Alwi Shahab tahun 2009, disebutkan bahwa tempat yang menjadi 'landmark' Ibu Kota itu sebelumnya pernah digunakan sebagai pacuan kuda orang Belanda.

Kegiatan di lokasi yang dulu bernama Lapangan Gambir itu tergambarkan pada sebuah lukisan abad ke-19.

Baca juga: Tahun Ini, HUT DKI Jakarta Tanpa Ingar Bingar Jakarta Fair di Kemayoran

Dalam lukisan tersebut terlihat sejumlah peserta balap kuda berada di dalam pagar.

Sementara peserta balap kuda lainnya telah berada di dalam arena pacuan. Mereka menunggang kuda yang diimpor dari Australia tengah bersiap-siap mengikuti balapan.

Para joki kuda itu menggunakan jas yang banyak digunakan oleh kaum feodal.

Bendera Belanda yang berwrana merah, putih dan biru berkibar pada sisi kanan dan kiri pada arena pacuan kuda.

"Mereka memakai peci ala koboi yang banyak terdapat dalam film-film yang menceritakan kehidupan abad ke-19," tulis Alwi dalam bukunya.

Aktifitas kegiatan pacuan kuda terus berlangsung hingga pertengahan tahun 1950-an, tepatnya sebelum Belanda hengkang dari Indonesia karena masalah Irian Barat (papua).

Baca juga: Ini Daftar Acara Virtual Sambut HUT ke-493 DKI Jakarta

Pada sisi bagian timur Lapangan Monas menjadi lokasi latihan warga Belanda penggemar kuda. Jika dilihat saat ini tepatnya pada sisi kanan dari Stasiun KA Gambir.

Puluhan warga Belanda menunggang kuda hilir mudik mengitari Monas, pada masa itu pun menjadi hal yang biasa.

Monas dari masa ke masa

Lapangan Monas ini juga pernah dibangun lapangan Ikatan Atletik Jakarta (Ikada) pada tahun 1940 sebelum adanya Stadion Utama Senayan, Jakarta.

Saat itu kegiatan olahraga di Jakarta berlangsung di Monas. Bahkan di lapangan ini lahir pemain-pemain PSSI ternama seperti Ramang, Liong Houw, Kiat Sek, Djamiat, Witarsa dan Stjipto Suntoro.

Baca juga: HUT ke-493 DKI, Pemprov Gelar Virtual Tour Sejarah hingga Tiktok Penari

Pada masa itu juga Jepang mengobarkan semangat bangsa Indonesia untuk melawan sekutu, Amerika dan Inggris.

Jauh sebelum itu, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pernah juga membangun Monas sebagai tempat latihan militer pada masa 1808-1811.

Pada masa Gubernur Jakarta Ali Sadikin, lapangan monas pernah dijadikan sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) untuk memperingati HUT DKI Jakarta.

Pekan raya ini menirukan kebiasaan masa Belanda yang kerap menyelenggarakan Pasar Gambir untuk menghormati hari ulang tahun Ratu Wilhelmina, Ratu Belanda saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com