Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah yang Terkubur di Museum Taman Prasasti, tentang Pengkhianatan hingga Duka Perempuan Belanda

Kompas.com - 22/06/2020, 09:01 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini merupakan hari ulang tahun (HUT) ke-493 DKI Jakarta. Sebagai ibu kota negara, Jakarta yang dulu bernama Batavia memiliki rangkaian sejarah yang panjang.

Salah satu saksi bisu sejarah di DKI dapat ditemui di Jalan Tanah Abang 1, Jakarta Pusat. Di atas lahan seluas 1,3 hektar ini, berdiri Museum Tanah Prasasti.

Dikutip dari buku wartawan senior Windoro Adi yang berjudul "Batavia, 1740: Menyisir Jejak Betawi", dulunya lahan Taman Prasasti ini seluas 5,5 hektar tetapi kemudian di atas tanah tersebut dibangun kantor wali kota dan gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI).

Adapun museum ini dulunya merupakan sebuah pemakaman.

Baca juga: Riwayat RSPAD Gatot Soebroto, Berawal dari Istana Megah Gubernur Hindia Belanda

Makam ini sudah dibangun sejak tahun 1795 dan kala itu diberi nama Taman Makam Kober atau dalam istilah Belanda, Kerkhof Laan.

Pada tahun 1808, pemakaman ini kedatangan banyak sekali nisan pindahan dari Gereja Baru Belanda (Nieuw Hollandsche Kerk) dan Gereja Sion.

Pemindahan itu dilakukan atas perintah Gubernur Daendels yang melarang penguburan jenazah di gereja di atas tanah pribadi.

Tanggal 9 Juli 1977, pemakaman ini kemudian diubah fungsi sebagai museum prasasti. Koleksi yang terdapat di dalamnya berupa prasasti, nisan, dan makam batu.

Di sini juga terkubur 1.000 lebih jenazah yang termasuk dalam bagian dari museum.

Baca juga: Potret Pasar Senen Tempo Dulu, dari Kerajaan Toko hingga Siasat Menaklukkan Belanda

Salah satu koleksi yang menjadi sorotan dari museum ini adalah sebuah nisan marmer berbentuk perempuan yang sedang menangis.

Patung perempuan ini tak memiliki nama. Konon, patung ini adalah nisan seorang perempuan Belanda yang bunuh diri setelah suaminya terkena malaria. Padahal, mereka baru saja menikah.

Dulu, jenazah perempuan itu dibawa ke pemakaman lewat Kali Krukut dengan arak-arakan mencapai 500 meter.

Replika tembok Erberveld

Koleksi lain yang tak kalah menarik adalah replika tembok Erberveld

Tembok ini dipindahkan dari rumah Erberveld yang jaraknya dua rumah dari gereja Sion. Sejak tahun 1985, rumah Erberveld berubah jadi ruang pamer mobil.

Patung perempuan menangis di museum taman prasasti.Cahyu Cantika Amiranti Patung perempuan menangis di museum taman prasasti.

Adapun di tembok yang bercat putih tersebut tertera tulisan berbahasa Belanda dan Jawa yang bermakna:

"Sebagai kenang-kenangan yang menjijikan akan pengkhianat Pieter Erberveld yang dihukum. Tak seorangpun sekarang atau seterusnya akan diizinkan membangun atau menukang, memasang batu bata, atau menanam di tempat ini - Batavia 14 April 1722".

Erberveld adalah tuan tanah dan kapten kavaleri Batavia. Laporan resmi VOC menyebutkan, Erberveld bersama Raden Katadria pernah berencana membunuh semua penduduk Belanda di Batavia pada pesta malam tahun baru 1722.

Waktu itu Erberveld dituduh ingin menjadi Tuan Gusti, Kepala Kota Batavia. Sedangkan Pangeran Katadria ingin menjabat di luar kota.

Baca juga: Bangunan RS Cikini, Tiruan Kastil Jerman Peninggalan Sang Pelukis Raden Saleh

Informasi rencana pembunuhan ini dibocorkan oleh seorang budak yang dilakukan semena-mena kepada gubernur jenderal. Ada juga yang menyebutkan laporan didapat dari Sultan Banten yang khawatir dengan pengaruh dua orang tersebut.

Tiga hari sebelum tahun baru, semua peserta pertemuan rahasia yang berlangsung di rumah Erberveld ditangkap. Mereka semua disiksa dan di hukum mati pada 22 April 1977.

Erberveld, Raden Katadria dan 17 orang lainnya termasuk perempuan dibunuh di sisi selatan Benteng Batavia. Ini merupakan hukuman mati massal pertama yang pernah di lakukan.

Beberapa tahun berselang, timbul kecurigaan bahwa eksekusi dilakukan di zaman Gubernur Jenderal Zwaardecroon telah direncanakan sebelumnya.

Makam lainnya

Selain itu ada juga adalah nisan Dokter H F Roll, pendiri sekolah Dokter Stovia (School of Opleiding van Indische Artsen).

Ia adalah penggagas, pendiri, dan pemimpin pertama dari sekolah yang merupakan Sekolah Tinggi Dokter Indonesia.

Baca juga: HUT ke-493 DKI, Begini Kisah Penetapan 22 Juni sebagai Ulang Tahun Jakarta...

Sekolah Tinggi ini merupakan cikal bakal Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia.

Ada juga makam Olivia, istri dari Raffles. Olivia berusia 10 tahun diatas Raffles, ia meninggal di usia 43 tahun tepatnya tanggal 23 November 1841.

Sebelum meninggal, Olivia berpesan ingin dikubur di sebelah makam sahabatnya Layden di Taman Prasasti.

Kemudian ada juga makam dari Mayor Jenderal Kohler. Ia tewas dalam ekspedisi salah sasaran di Aceh tanggal 14 April 1873.

Waktu itu Kohler berencana menyerang Istana Sultan Aceh namun salah sasaran. Mereka malah menyerang masjid.

Adapun bangunan induk Taman Prasasti dibangun tahun 1844 di aula belakang yang terdiri atas dua ruangan.

Masing fungsinya adalah untuk persiapan pemakaman jenazah perempuan dan pria.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com