Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cara Depok Tangani Wabah Covid-19 Saat PSBB Dilonggarkan

Kompas.com - 23/06/2020, 05:35 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Patut dicatat, jumlah tes Covid-19 yang mestinya diperbanyak adalah tes berbasis PCR karena hasilnya akurat.

Sebab, akurasi pemeriksaan Covid-19 menggunakan rapid test berbasis antibodi terbilang rendah dan hasilnya kerap mengecoh.

Di Depok sendiri, data hingga 19 Juni 2020, rapid test sudah digelar 20.199 kali. Hanya 871 di antaranya yang reaktif dan pasiennya kemudian dirujuk untuk tes PCR. Ada 166 rapid test yang hasilnya invalid.

 

3. Tambah laboratorium tes PCR

Selama ini Kota Depok mengandalkan pemeriksaan Covid-19 dengan pihak ketiga, yakni laboratorium RS Universitas Indonesia kemudian disusul laboratorium RS Brimob/Bhayangkara.

Jumlah laboratorium pemeriksa Covid-19 di Depok ditambah. Labkesda Kota Depok resmi beroperasi sebagai laboratorium dengan mesin PCR pada Senin (15/6/2020) lalu.

Labkesda bahkan diberikan kuota pembiayaan tes Covid-19 berbasis PCR paling banyak di Depok, dengan jatah 3.980 tes.

 

4. Tambah kuota pembiayaan tes PCR

Ditetapkannya Labkesda Kota Depok sebagai laboratorium utama pemeriksaan Covid-19 tak membuat jatah pembiayaan untuk laboratorium lain berkurang.

Novarita menjelaskan, pihaknya menambah kuota bagi 2 laboratorium lain pada bulan ini. Diharapkan, kapasitas tes PCR yang saat ini mencapai 100 tes per hari bisa semakin gemuk.

Baca juga: Pemkot Depok Klaim Pemeriksaan Covid-19 Makin Cepat

"(Jumlah tes berbasis PCR) bisa bertambah 10 persen. Kami anggarkan 3.000 lagi pemeriksaan swab di RSUI, jatah untuk bulan ini, karena 29 Mei kemarin sudah habis jatah di RSUI," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita kepada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

"Kemudian, di RS Brimob kami tambahkan 500," lanjut dia.

 

5. Desak pasien tak isolasi mandiri di rumah

Novarita mengakui bahwa di antara 200-an pasien Covid-19 yang saat ini masih ditangani di Depok, sebagian besar di antaranya memilih isolasi mandiri di kediamannya masing-masing.

"Ini lagi didorong. Pak Wali (Kota Depok, Mohammad Idris) sudah instruksi agar yang isolasi mandiri harus masuk rumah sakit. Dan sudah lumayan banyak yang masuk," jelas Novarita.

Novarita berujar, ketentuan bahwa setiap pasien positif Covid-19 harus dirawat di rumah sakit akan semakin digalakkan.

Baca juga: Satpol PP Klaim Mal di Depok Masih Sepi Pengunjung

Sebab, potensi penularan Covid-19 di Depok (angka "Rt") sempat meningkat seiring dengan longgarnya pembatasan.

Belum tentu situasi kediaman pasien yang isolasi mandiri cukup kondusif agar ia tak menularkan virus corona ke orang lain.

"Jadi melihat angka Rt kita naik, Pak Wali ingin supaya cepet turun, dimasukin lah (pasien positif Covid-19) ke rumah sakit supaya konsentrasi bisa sembuh. Kalau di rumah kan ketularan lagi, lalu yang negatif nanti positif lagi," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com