DEPOK, KOMPAS.com - Sejak 5 Juni 2020, Kota Depok telah memasuki fase PSBB Proporsional level 3 (zona kuning, dari 5 level yang ada) sebagai upaya transisi jelang new normal.
Alasan ekonomi menjadi latar belakang pelonggaran berbagai pembatasan aktivitas warga. Meskipun, pengendalian wabah juga tak boleh dikesampingkan.
Pemerintah Kota Depok akhirnya buka suara soal pelacakan dan penanganan Covid-19 dalam rangka menyongsong new normal.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita menyampaikan sejumlah hal yang ditempuh oleh jajarannya dalam rangka menjaga agar pengendalian sebaran Covid-19 tak ikut kendur:
Novarita bilang, setiap harinya puskesmas-puskesmas di Kota Depok menerima data terbaru ODP, PDP, dan OTG Covid-19 dari Pikodep (Pusat Informasi Covid-19).
Puskesmas di tiap wilayah langsung bekerja melakukan pemeriksaan pada masing-masing orang itu.
Baca juga: Tanah Merah Jadi Tempat Nongkrong Warga, Satpol PP Depok Akan Tutup Akses
Sebetulnya, mekanisme ini adalah prosedur standar yang harus dilakukan oleh sistem pelayanan kesehatan di mana pun berada.
Namun, Novarita mengakui, awal-awal Covid-19 merebak di Depok, tak mudah buat melakukan rapid test dalam skala besar dan cepat.
"Dulu kan lama, nunggu banyak dulu (kasusnya), baru kami adakan rapid test," kata Novarita, Senin (22/6/2020).
"Sekarang enggak. Setiap ada yang sudah terlacak, langsung kami jadwalkan untuk rapid test. Jadi, secepat mungkin rapid test, kemudian kalau reaktif langsung kami daftarkan untuk pemeriksaan swabnya," jelas dia.
Pelacakan kasus yang makin gencar adalah konsekuensi dari pelonggaran pembatasan aktivitas warga.
Di Jakarta, jumlah pelacakan dan tes Covid-19 berbasis laboratorium (PCR) bertambah pesat seiring dilonggarkannya PSBB.
Depok punya masalah dengan jumlah tes berbasis PCR apabila dibandingkan dengan Jakarta dan standar minimum WHO. Sebagai alternatif, rapid test (uji cepat) digencarkan.
Baca juga: Strategi Depok Lacak Kasus Covid-19 Jelang New Normal: Perbanyak Rapid Test
"Di tempat-tempat kerumunan juga misalnya pasar, stasiun, di terminal, kita juga rutin rapid massal. Pasar sudah ada 7," ujar dia.
"Kami masih keliling, belum semua ter-cover rapid test. Ini ada santri yang mau balik ke pesantren, sekitar 200 atau 400 orang, kami lakukan rapid test," jelas Novarita.