Pertanyaan itu justru disambut bogem dari perampok. Kepalanya ditinju, lalu tubuhnya dihajar dengan sikut.
"Kalian sayang uang atau nyawa?" ancam para perampok yang menekankan gunting ke arah tubuh SR dan RP.
"Dia bilang begitu. Ya sudah, kami bilang ambil saja semuanya. Yang penting kami selamat," kata SR.
Akhirnya, mereka menyerahkan dompet dan ponsel sebagaimana yang diminta para perampok. SR juga menyerahkan kalung dan gelang yang ia kenakan.
Baca juga: [UPDATE] Grafik Covid-19 23 Juni: Kasus Baru di Depok Bertambah 10 Orang, 6 PDP Meninggal Dunia
Situasi masih mencekam. Hal itu tak membuat mereka lolos dari penyekapan. Para perampok kini menagih nomor PIN ATM masing-masing dari mereka. Kartu ATM milik RP jadi yang pertama kali disikat.
Para perampok kemudian menyuruh sopir angkot agar mencari mesin ATM. Saat itu, mereka memberi tahu SR dan RP bahwa waktu telah menunjukkan pukul 01.00 WIB.
RP tak mau membeberkan nomor PIN ATM yang asli. Ia dua kali berbohong, sehingga dua kali perampok itu coba mengakses rekening RP di tempat ATM yang berbeda, keduanya gagal.
Perampok itu naik pitam.
"Kami dibawa keliling dan disuruh ngaku PIN-nya berapa. Kalau masih belum jujur juga, katanya tidak akan dipulangkan sampai besok-besoknya pun enggak bakal disuruh keluar, katanya gitu," ujar SR.
Percobaan ketiga akan menentukan. Apabila masih gagal juga, maka akses ATM milik RP otomatis terblokir.
"Kalau sampai satu kali lagi tidak bisa dan ini (kartu ATM) tertelan, kalian nanti yang akan kita telan," ujar SR menirukan ancaman perampok malam itu.
Mereka ketakutan. Menyerah, akhirnya RP membocorkan nomor PIN ATM yang sesungguhnya. Perampok menggasak duit Rp 2,8 juta dari saldo rekening RP.
"Mana lagi yang masih ada isinya?" hardik para perampok.
Baca juga: Perlawanan Aulia Kesuma Setelah Divonis Mati, Ajukan Banding hingga Surati Presiden
SR tak punya kartu ATM, tetapi ada kartu Flazz di dompetnya. Perampok tak mau tahu. Mereka pikir, kartu itu kartu ATM. SR pun diancam-ancam.
"Itu Flazz, Pak!" bantah SR.