Namun, lahan wakaf kini sudah menjadi rumah susun Tanah Abang.
"Ketika masih ada kuburan wakaf, yang kini menjadi rumah susun Tanah Abang, warga keturunan Arab yang meninggal dunia sebelum dimakamkan terlebih dulu jenazahnya dishalatkan di Masjid Al-Makmur," kata Alwi.
Tanah Abang yang menjadi pusat perdagangan kain terbesar di Jakarta lokasinya tidak jauh dari Masjid Al Makmur.
Pesatnya perkembangan, membuat permukiman penduduk yang dulunya berada di sekeliling Masjid Al-Makmur mulai hilang, perlahan tapi pasti.
"Di kiri dan kanan Masjid Jami ini sudah tidak ditemukan lagi perumahan penduduk, karena hampir seluruh daerah sekitarnya menjadi pusat kegiatan bisnis," tulis Alwi.
Penggantinya, berjejer rumah toko (ruko) dan kios yang menjual dagangan berbahan kain seperti karpet, baju, dan lainnya.
Baca juga: DMI Kembangkan Masjid Bersejarah Jadi Wisata Religi
Tentu keberadaan pertokoan berdampak sedikit banyak bagi wilayah sekitar masjid.
Secara deskripsi, Alwi menggambarkan kondisi masjid saat itu. Menurut dia, banyak pedagang kali lima yang berada di sekitar masjid.
Belum lagi, halaman masjid yang digunakan sebagai tempat parkir kendaraan.
"Sayangnya, diarea depan masjid yang sangat bersejarah ini tampak kumuh, terutama oleh para pedagang kaki lima yang mangkal di depan masjid dan tumpah ruah ke jalan. Sementara mobil dan motor menjdaikannya sebagai tempat parkir saat hendak berbelanja ke pusat-pusat perdagangan Tanah Abang," kata Alwi.
Namun, saat jam shalat tiba masjid pun ramai oleh para pedagang dan pembeli dari pasar Tanah Abang.
"Para pedagang dan pembeli di Pasar Tanah Abang juga menjadikan masjid tua ini sebagai tempat shalat mereka, terutama shalat dzuhur dan ashar," kata Alwi.
Hampir lebih dari tiga abad berdiri, masjid kini masih berdiri kokoh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.