Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Orangtua Datangi Kantor Disdik Kota Bekasi Keluhkan Data Jalur Zonasi Tak Valid

Kompas.com - 02/07/2020, 19:49 WIB
Cynthia Lova,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sejumlah orangtua calon siswa mendatangi Kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Jalan Lapangan Tengah, Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Kamis (2/7/2020).

Mereka mengeluhkan penerimaan peserta didik baru (PPDB) jalur zonasi yang dinilai tidak valid.

Mereka ingin jarak koordinat rumah-sekolah dikoreksi karena tidak sesuai kenyataan. Akibatnya, anak-anak mereka tergeser dari SMPN yang mereka tuju.

Orangtua yang hendak mengkoreksi jarak tersebut harus mengantre tanpa peduli physical distancing atau jaga jarak di Kantor Disdik.

Baca juga: Usia Jadi Pertimbangan Jalur Zonasi PPDB, Disdik DKI Anggap Jarak Bukan Ukuran Netral

Salah satunya Dewi (50), orangtua murid yang hendak mendaftarkan anaknya ke SMPN 10 Bantargebang.

Ia mengeluhkan titik koordinat yang terdaftar tidak valid. Dewi mengatakan, di laman website resmi Disdik Bekasi, titik kordinat yang terdaftar dari rumahnya di kawasan Bantargebang ke SMPN 10 Bantargebang, yakni 1.072 meter.

Akibatnya, anak Dewi tidak terdaftar SMPN 10.

“Titik koordinat jarak antara sekolahan ke rumah kita tidak sesuai, itu kata saya titik koordinatnya ngaco. Soalnya jarak rumah saya sama sekolahan itu enggak terlalu jauh, 5 menit 10 menit juga udah sampai,” ujar Dewi saat ditemui di Kantor Disdik Kota Bekasi, Kamis (2/7/2020).

Baca juga: KPAI Akan Laporkan Pengaduan Orangtua soal PPDB 2020 ke Kemendikbud Hari Ini

Ia mengaku khawatir ada permainan di balik pendaftaran PPDB kali ini. Sebab, kata Dewi, ada calon murid lain yang diterima di SMPN 10, meski jarak rumahnya lebih jauh ke sekolah.

“Ada kok tadi jarak rumahnya lebih jauh dari saya, tetapi dia diterima di SMPN 10. Padahal kalau nilai lebih tinggi anak saya. Ini ada apa coba,” ujar dia.

Sementara itu, Reni (40), orangtua murid yang hendak mendaftarkan anaknya ke SMPN 50, Rawalumbu, Bekasi mengaku kecewa dengan jalur zonasi PPDB kali ini.

Reni menilai sistem penilaian zonasi berantakan. Ia mengaku lelah harus mengantre dari pagi di Kantor Disdik untuk memperbaiki titik koordinat yang salah di laman pendaftaran Disdik Bekasi.

“Saya dari pagi ini, ngantre perbaiki data. Harusnya jarak saya 983 meter ke sekolah, ini kenapa tiba-tiba di website pendaftaran malah 1,2 Kilometer, makanya tadi minta perbaiki," ucap dia.

Baca juga: PPDB DKI 2020 Jalur Bina RW, Orangtua: Tak Berguna dan Tak Efektif

Namun, perbaikan data ke Disdik tak langsung membuat anak Reni bisa diterima di sekolah tujuan.

Sebab Reni harus menunggu gelombang kedua yang dijadwalkan 15 Juni untuk bisa daftar ulang.

“Ya tidak ada solusi ke Disdik juga, minta perbaikan data tetapi saya tidak diberi tahu berapa jarak antar sekolah ke rumah saya setelah diperbaiki. Lalu, saya malah harus menunggu ke gelombang kedua, ini yang ada kuotanya malah langsung penuh duluan,” ucap dia.

Ia kini memilih pasrah apapun hasil PPDB tahap kedua nantinya. Namun, diakuinya jika mendaftar di sekolah swasta dia tidak punya biaya.

“Saya tidak ada biaya jujur saja. Saya hanya berharap anak saya diterima di sekolah tujuan,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com