JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelola Pasar Minggu di Jakarta Selatan menyiapkan sejumlah rencana dalam menjalankan operasional pasar setelah penghapusan sistem pembatasan pedagang berdasarkan nomor ganjil genap toko atau lapak dan pengembalian jam buka pasar secara normal.
Persiapan termasuk pelaksanaan protokol kesehatan dan pengawasan pengunjung Pasar Minggu.
"Kami untuk tempat usaha ganjil genap kita tak berlakukan lagi tapi protokol kesehatan kami jalankan semaksimal mungkin. Dari pintu akses parkir itu sudah ada yang ukur suhu tubuh sampai masuk di blok pasar," kata Kepala Pengelola Pasar Minggu, Febri Rozaldy, saat ditemui Kompas.com di kantornya, Kamis (2/7/2020) sore.
Baca juga: Ganjil Genap Dihapus, 90 Persen Pedagang Pasar Minggu Mulai Berjualan
Pemeriksaan suhu dilakukan di delapan titik masuk yang tersebar di lima blok Pasar Minggu yaitu Blok B, C, D, E, dan F.
"Sebelum pintu masuk blok, ada enam wastafel di jalur utama. Di blok lain juga ada. Total wastafel 11. Silakan cuci tangan," ujar Febry.
Pengelola akan memantau kerumuman pedagang dan pengunjung. Pihak pengelola, lanjut Febry, akan mengimbau pedagang dan pengunjung agar bisa menjaga jarak.
"Harapan kami, yang kami lihat akan kami tegur bagi yang tak pakai masker. Kami juga siapkan sanksi-sanksi sosial seperti kerja bakti seperti menyapu. Itu untuk kondisi masa transisi ini ya," tambah Febry.
Baca juga: Ganjil Genap Dihapus, Pedagang Pasar Minggu Senang Bisa Berjualan Normal
Pengelola Pasar Minggu juga memberikan batasan waktu beraktivitas di pasar selama 8 jam per satu sesi. Sesi tersebut masih sama sebelum ada Covid-19.
"Kebetulan ini masih sama ya. Kondisi Pasar Minggu ini kan 24 jam. Cuma kami batasi satu sesi itu aktivitasnya 8 jam," tambah Febry.
Untuk pembatasan kunjungan pembeli sebanyak 50 persen, Febry akan berusaha menggunakan alat hitung manual (hand checker) untuk memantau pergerakan pengunjung.
Pihaknya menilai hal yang penting untuk diingat bagi pedagang dan pengunjung adalah jaga jarak dan menghindari kerumunan orang.
"Itu yang harus kami perhatikan. Jadi pedagang dan pengunjung menyadari itu. Itu yang kami inginkan. (sosialisasi) ada dari media pengeras suara, spanduk, petugas monitoring mutar pasar. Kalau masuk bikin 50 persen, dia kerumun di 1 blok. sama saja tak physical distancing," ujar Febry.
Delapan petugas keamanan per shift, lanjutnya, akan berusaha semaksimal mungkin untuk memantau kondisi pasar seluas 18.000 meter persegi itu.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk mengembalikan operasional seluruh pasar secara normal mulai Kamis kemarin.
Anies Baswedan mengakui operasional pasar dengan sistem ganjil genap tak berjalan maksimal selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.