Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Klaster Covid-19 Unilever di Bekasi

Kompas.com - 04/07/2020, 09:21 WIB
Cynthia Lova,
Krisiandi

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Klaster baru Covid-19 terdata di Kabupaten Bekasi pasca karyawan perusahaan pabrik teh PT Unilever Indonesia dilaporkan positif mengidap penyakit yang menyarang paru-paru tersebut.

Penyebaran virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) ini bermula dari salah satu karyawan di bagian engineering pabrik teh tea based beverages (TBB) Unilever mengalami sakit dengan gejala tertentu.

Karyawan tersebut dinyatakan positif Covid-19 setelah berobat ke salah satu rumah sakit.

Kemudian, Pemerintah Kabupaten langsung lakukan pelacakan dan pemeriksaan Covid-19 terhadap 265 karyawan di TBB Unilever dengan metode polymerase chain reaction (PCR).

Pada Jumat kemarin,Juru Bicara Gugus Tugas Kabupaten Bekasi Alamsyah menyampaikan, jumlah karyawan yang dinyatakan positif Covid-19 21 orang.

Baca juga: 244 Karyawan Unilever yang Dinyatakan Negatif Tetap Jalani Isolasi

Jumlah tersebut bertambah dua dari satu hari sebelumnya ditemukan 19 karyawan dinyatakan positif Covid-19.

“21 karyawan (yang dinyatakan positif),” ucap Alamsyah saat dikonfirmasi Kompas.com.

Pemkab juga lakukan pemeriksaan swab ke keluarga karyawan yang dinyatakan positif Covid-19.

Hasilnya, ada 15 keluarga karyawan yang dinyatakan positif Covid-19. Namun, jumlah tersebut bisa bertambah lantaran hasil tes PCR belum seluruhnya keluar.

244 Karyawan Jalani Isolasi

Alamsyah mengatakan, hasil tes PCR tersebut juga ditemukan 244 karyawan negatif Covid-19.

“Ada 244 (hasil yang negatif Covid-19),” ujar Alamsyah.

Alamsyah mengatakan, 244 karyawan yang hasilnya negatif tetap dalam pengawasan tim Gugus Tugas Kabupaten Bekasi.

Karyawan yang dinyatakan negatif tersebut kini menjalani isolasi selama 14 hari. Baik itu di Wisma ODP Cikarang, maupun isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Baca juga: Soal Klaster Unilever, Ridwan Kamil Wajibkan Industri Besar Lain Gelar Tes PCR Mandiri

Karena karyawannya tengah jalani karantina, Unilever pun menutup perusahaan produksi teh.

Perusahaan Unilever tersebut telah ditutup sejak Jumat (26/6/2020) lalu hingga waktu yang belum ditentukan.

Hal itu dilakukan mencegah terjadinya penyebaran Covid-19 semakin meluas di kawasan itu.

Awasi Ketat Protokol

Governance and Corporate Affairs Director Sancoyo Antarikso menyatakan, Unilever menerapkan protokol yang tegas dalam menangani kasus Covid-19 di seluruh kantor dan pabrik yang tersebar di 180 negara, termasuk di Indonesia.

Salah satunya dengan membagi zona pabrik.

"Kompleks pabrik Unilever Cikarang terdapat beberapa gedung dengan protokol pemisahan zona kerja dan area produksi yang ketat. Karyawan hanya diperbolehkan bekerja di zona masing-masing dan tidak dapat melintas zona kerja dan area produksi untuk alasan apa pun," ucap Sancoyo.

Baca juga: Sempat 0 Kasus Berhari-hari, Kasus Covid-19 di Kabupaten Bekasi Naik Gara-gara Klaster Unilever

Unilever juga menerapkan sejumlah protokol keamanan di gedung TBB, seperti melarang perjalanan karyawan dan mengatur kerja dari rumah bagi karyawan yang biasa bekerja di kantor.

Kemudian, menyiagakan tim dokter perusahaan untuk membantu dan memantau kesehatan karyawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com