Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jauh dari Lebak, Mengapa Gempa Kemarin Terasa Kuat di Jakarta?

Kompas.com - 08/07/2020, 14:49 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Jakarta merasakan guncangan yang cukup hebat ketika gempa bumi berkekuatan 5,1 yang berpusat di sisi selatan Lebak, Banten, terjadi pada Selasa (7/7/2020) kemarin.

Jakarta berjarak 100 km lebih dari episentrum gempa. Namun gempa yang dirasakan cukup kuat.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, membeberkan penjelasan di balik fenomena tersebut.

Gempa di Lebak terasa kuat di Jakarta karena Jakarta dibangun di atas dataran tanah yang lunak. Tanah di bawah Kota Jakarta merupakan hasil endapan ratusan atau ribuan tahun dari erosi di pegunungan wilayah Bogor.

Baca juga: Gempa di Rangkasbitung, Warga Diminta Waspada dan Jauhi Kawasan Pantai

"Efek tanah lunak tanah yang tebal, jika terjadi gempa dia akan mengalami resonansi. Resonansi itu dampaknya membuat amplifikasi gelombang gempa, perbesaran goncangan," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com pada Rabu siang.

"Itu yang kemarin terjadi. Hampir semua orang merasa. Dan itu lebih terasa pada orang yang ada di tingkat yang lebih tinggi, misalnya di lantai 10 ke atas. Karena itu efek swing atau ayunan dari bangunan itu," imbuhnya.

Fenomena rambatan gelombang gempa itu disebut "local site effect" alias dampak gempa yang timbul akibat keadaan geologi/struktur tanah setempat.

Daryono menjelaskan, fenomena itu kerap menjadi penyebab di balik goncangan yang terasa di Jakarta, padahal sumber gempa terpaut jauh dari Ibu Kota.

Tanah yang lunak juga jadi penyebab sebagian gedung tembok Belanda di Batavia runtuh saat gempa hebat melanda barat daya Banten pada 5 Januari 1699.

Rumah-rumah masyarakat Betawi yang umumnya berbahan dasar kayu selamat dari kerusakan waktu itu.

Contoh yang sejenis, lanjut Daryono, adalah gempa Meksiko tahun 1985 yang meluluhlantakkan Mexico City dan merenggut lebih dari 10.000 nyawa penduduk.

Padahal, sumber gempa berkekuatan 8,1 SR itu terletak sekitar 380 kilometer dari Mexico City.

Celakanya, Mexico City merupakan kota besar dan padat penduduk yang dibangun di atas rawa purba, sehingga tanahnya lunak seperti Jakarta.

"Awal tahun 2018 itu terjadi gempa 6,1 SR di selatan Lebak juga. Itu goncangannya gede banget di Jakarta," kata Daryono.

"Jadi itulah yang dimaksud local site effect. Suatu wilayah rusak tidak saja disebabkan oleh magnitudo gempa yang besar atau jaraknya yang dekat dengan pusat gempa, tapi tanah setempat bisa mengamplifikasi guncangan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com