Yang berbeda adalah suasana menyantap kuliner di tengah pandemi. Pengunjung tak bisa melebihi kapasitas yang ditentukan. Namun, masih ada beberapa meja yang melebihi batas yang ditentukan. Sempat rasa ragu-ragu untuk makan di tempat.
Uniknya, spanduk komitmen pelayanan kuliner di tengah pandemi Covid-19 tetap dilanggar. Ada sejumlah pembeli yang terlihat melenggang tak memakai masker, tetapi tetap dilayani oleh pedagang.
Pengunjung tetap ada yang memilih makan di meja makan. Ada juga pembeli yang memilih makan di dalam mobil.
Dalam kondisi sebelum pandemi Covid-19, pembeli biasanya akan memilih makan di dalam mobil karena tak kebagian meja makan.
Pengamen pun juga tak memakai masker. Mereka bernyanyi seperti biasa menghibur pengunjung yang sedang menyantap bubur.
Di area kuliner Bubur Barito tersedia fasilitas cuci tangan yang dilengkapi sabun cair. Bentuknya beragam. Ada yang berbentuk dispenser, ada yang berbentuk ember.
Meski pengunjung terbatas, suara-suara obrolan tetap terdengar. Pengunjung mulai dari anak kecil hingga dewasa tetap asyik menyantap makanan.
Kenyang. Satu mangkok bubur ayam lengkap dengan telur seharga Rp30.000. Seusai makan, pembayaran hanya bisa secara tunai.
Ini adalah mangkok bubur ayam Barito pertama yang saya santap. Hampir lima bulan lebih bubur ayam Barito tak mampir ke perut saya.
Semoga pandemi cepat berakhir sehingga bubur ayam Barito bisa kembali ramai. Tentunya, kita bisa makan tanpa perlu khawatir tertular virus Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.