JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Jakarta sempat merasakan guncangan ketika gempa bumi melanda sisi selatan Lebak, Banten, dengan kekuatan 5,1 SR, Selasa (7/7/2020).
Fenomena ini terasa janggal bagi sebagian warga Ibu Kota karena jarak antara Jakarta dan pusat gempa sebetulnya cukup jauh, sekitar 100 kilometer.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono membeberkan penjelasan di balik fenomena tersebut.
Gempa di Lebak terasa kuat di Jakarta karena Ibu Kota berdiri di atas dataran dengan struktur tanah yang lunak.
Baca juga: Tak Punya Sumber Gempa, Jakarta Tetap Rawan Guncangan karena Tanahnya Lunak
Tanah di bawah Kota Jakarta merupakan jenis aluvial hasil endapan ratusan atau ribuan tahun dari erosi di pegunungan wilayah Bogor.
Tanah lunak ini cukup tebal, khususnya mengarah ke pesisir, sehingga sulit untuk mengebor Jakarta hingga menemukan lapisan batuan padat di bawah tanah.
"Efek tanah lunak tanah yang tebal, jika terjadi gempa, dia akan mengalami resonansi. Resonansi itu dampaknya membuat amplifikasi gelombang gempa, perbesaran guncangan," jelas Daryono saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (8/7/2020) siang.
"Itu yang kemarin terjadi. Hampir semua orang merasa. Dan itu lebih terasa pada orang yang ada di tingkat yang lebih tinggi, misalnya di lantai 10 ke atas, karena itu efek swing atau ayunan dari bangunan itu," imbuhnya.
Fenomena rambatan gelombang gempa itu disebut "local site effect" alias dampak keadaan geologi/tanah setempat.
Baca juga: Jauh dari Lebak, Mengapa Gempa Kemarin Terasa Kuat di Jakarta?
Daryono menjelaskan, fenomena ini kerap menjadi penyebab di balik guncangan yang terasa di Jakarta, padahal sumber gempa terpaut jauh dari Ibu Kota.
Jakarta tak memiliki sumber gempa. Praktis, guncangan-guncangan yang kemungkinan terjadi di Jakarta adalah imbas gempa di tempat lain yang merambat karena tanahnya yang lunak tadi.
"Di Jakarta, sebenarnya sampai sekarang belum ditemukan sumber gempa besar. Tetapi, Jakarta selalu memiliki respons gempa yang lebih kuat jika terjadi gempa ketimbang tempat lain, karena tadi, Jakarta tanahnya tanah lunak," jelas Daryono.
"Artinya, tingkat kerusakan akibat gempa tidak hanya ditentukan oleh magnitudo atau jarak dengan sumber, tetapi tanah sangat menentukan," imbuh dia.
Pelajaran dari Mexico City dan Bantul
Daryono membawa contoh kota di dunia yang porak-poranda akibat gempa hebat, padahal sumber gempa tidak berada di lokasi tersebut.