Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Pinggir Jembatan Kini Menetap di Halte, Menjahit Baju untuk Nelayan

Kompas.com - 09/07/2020, 16:57 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

"Saya ke sini (Jakarta) tujuannya mau minjam uang sama bapak saya. Mau pinjam uang Rp 10 juta. Terus bapak saya bilang, kalau kamu mau duit ya kerja, saya kerja. Enggak biasa kerja berat disuruh gergajiin palet kayu buat landasan semen di pelabuhan," kata Mono.

Baca juga: 52 Penjahit di Jakpus Produksi Masker Kain untuk Program Pemprov DKI

Setelah keluar dari pekerjaan lama, Mono mendapat pekerjaan baru sebagai loper baju atau tukang antar baju di kawasan Jakarta.

Namun, Mono mengalami nasib sial. Ia tertipu oleh konsumennya, di saat bersamaan tempat dia bekerja juga bangkrut.

"Saya tadinya loper jual beli baju yang kemudian bangkrut. Di sana saya antar baju ke toko-toko, tapi saya ketipu orang sampai 200 lusin," kata Mono.

Mono tidak berputus asa, ia pergi ke tempat pamannya yang berada di kawasan Pademangan.

Dari sinilah Mono memberanikan diri memulai usaha jahit sebagai tukang jahit keliling dengan sepeda.

Tukang jahit di pelabuhan

Akhirnya, Mono mulai berkeliling dengan sepeda di dalam kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa sejak 2007 lalu. Target pasar Mono adalah para nelayan yang bersandar di pelabuhan.

"Iya dulu tahun 2007 masuk ke pelabuhan, mulai permak 2007, keliling dalam pelabuhan," kata Mono sembari menyeruput kopi.

Nelayan yang hendak melaut atau hanya bersandar sudah paham dan tahu keterampilan Mono dalam menjahit.

Selain itu, faktor yang membuat banyaknya pelanggan salah satunya adalah harga yang terjangkau.

Mono tidak mematok harga tinggi kepada para nelayan. Ia berkeliling di pelabuhan dari siang hingga sore, sementara malam harinya mangkal di sekitaran Jalan Krapu.

Periode 2007-2014 dalam satu hari Mono bisa mengumpulkan uang rata-rata Rp 200.000-Rp 500.000.

"Dulu masih kencang-kencangnya nyari duit, Rp 300.000 sampai Rp 200.000 paling kecil. Hitungan jam doang 2 sampai 3 jam kekantongan uang segitu. Itu tahun 2007 sampai 2014 tujuh tahun masih enteng. Saya sehari Rp 500.000 pernah, Rp 700.000 pernah," kata Mono mengingat kala itu.

Bahkan dalam satu bulan, Mono pernah mengantongi keuntungan lebih dari Rp 4 juta.

Dari pinggir jembatan kini menetap di halte

Sejak sore hingga malam mono tidak berkeliking untuk menjahit. Ia menetap di satu tempat, lokasi awalnya di jembatan dekat pompa air.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com