Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencabulan Anak oleh Pejabat Gereja di Depok: Cerita Orangtua Depresi, Minta Ikut Direhablitasi

Kompas.com - 15/07/2020, 07:17 WIB
Vitorio Mantalean,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

“Saya manusia. Ketika saya tidak kuat, di luar rumah, ya terjadi lah hal-hal seperti itu,” tambahnya dengan nada lirih.

Baca juga: Cerita Ayah Korban Pencabulan Pengurus Gereja di Depok, Tersangka Tak Minta Maaf, Malah Mau Ajak Damai

Guntur menganggap dirinya ada di posisi yang pelik. Ia bertindak sebagai kepala keluarga. Dalam keluarganya, ia menganggap dirinya sebagai pilar bagi istri dan anaknya yang kini dirundung trauma.

Tanggung jawab itu selalu coba dipikul dengan baik oleh Guntur. Kendati kondisi mentalnya juga limbung atas apa yang menimpa anaknya, namun Guntur harus menguatkan anaknya.

Ia rajin menyampaikan pesan bernada semangat buat si bocah, terlebih setiap kali habis diperiksa polisi. Anaknya pasti mengalami trauma karena harus menceritakan ulang insiden kelam itu.

“Saya sampaikan ke anak saya, hal ini akan akan terus terjadi sampai selesai di pengadilan. Kamu harus kuat, sampai saya bilang, kamu belum waktunya untuk melupakan kejadian ini, karena keterangan dari kamu sangat dibutuhkan untuk memberatkan hukuman pelaku,” ungkap Guntur.

Baca juga: Sulitnya Mencari Bukti Pencabulan Anak di Gereja Depok dan Pentingnya RUU PKS Disahkan

“Kalau kamu sampai lemah kasihan teman-teman kamu yang menjadi korban, nanti pelaku tidak dihukum berat. Sekarang ini kamu belum bisa lupakan. Kamu harus kuat agar pelaku terhukum berat,” ia menirukan pesan yang ia sampaikan ke anaknya.

Guntur mengaku, ia juga mesti terlihat tenang di hadapan istrinya. Bagaimana pun, istrinya adalah orangtua yang paling dekat dengan si anak. Istrinya pula yang berbincang empat mata saat pertama kali meminta pengakuan dari anaknya soal insiden kelam itu.

“Tidak mungkin kan, di depan anak saya, saya teriak-teriak seperti itu. Di depan keluarga kan saya harus kuat karena saya tiangnya mereka,” kata dia.

Berharap ikut direhabilitasi

Kasus ini sekarang sudah diproses oleh kepolisian. Anak Guntur mulai sering memperoleh rehabilitasi psikis dari berbagai lembaga, mulai dari polisi hingga psikolog yang didatangkan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

Perlahan, situasi mental anak itu mulai kembali dari keterpurukan, walaupun masih sering dihantui trauma yang gelap. Hal itu dibutuhkan baginya untuk mengarungi masa depan yang masih panjang.

Guntur bersyukur mengenai itu. Namun, ia tak dapat membantah bahwa bukan hanya anaknya yang layak memperoleh rehabilitasi mental dan pulih dari trauma.

Baca juga: Kuasa Hukum: Korban Pencabulan oleh Pejabat Gereja di Depok Bertambah Jadi 21 Anak

Ia tak malu mengakui bahwa dirinya pun butuh penanganan serupa.

Dibayangi rasa marah yang tak tergambarkan, ditambah harus berjibaku mencari barang bukti padahal merupakan korban, jelas membuat kondisi mentalnya limbung.

Itu belum menghitung rentetan cerita memilukan dari korban-korban lain yang akhirnya ikut buka suara setelah Guntur melaporkan SPM ke polisi.

Guntur bilang, ada korban yang usianya lebih belia dari anaknya, dan dicabuli dalam hitungan tahun, bukan lagi bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com