Kompas.com lalu berhenti di pinggir lapangan selebar kira-kira 10 meter setelah menempuh jarak sekitar 100 meter dari tikungan terakhir.
Dari situ, warga mengarahkan Kompas.com untuk menuju Danau Cavalio melewati gang sempit selebar setengah meter dengan berjalan kaki. Di ujung gang, ada Masjid Al-Ikhlas.
Kontur jalan kemudian menurun curam di depan Masjid Al-Ikhlas. Kompas.com menuruni jalan melewati anak tangga.
Setelah melewati tangga, Danau Cavalio terlihat. Warung Amir berada di sebelah kiri jalan jika menghadap Danau Cavalio.
Jalan di pinggir Danau Cavalio berbentuk paving block. Pohon rindang membuat suasana makin teduh dan angin bertiup cukup kencang pada malam itu.
Kondisi di Danau Cavalio sekitar pukul 20.00 WIB malam itu sepi. Hanya ada beberapa penjaga warung dan warga sekitar yang sedang memancing ikan di danau.
Baca juga: Editor Metro TV Tewas, Polisi Periksa Sidik Jari di Barang Bukti
Pemilik Warung Pendopo Bu Mimi, Sulasmi (45) mengatakan kondisi Danau Cavalio memang sepi baik pada pagi hingga malam hari.
Tak banyak orang yang berkunjung untuk bersantai atau jajan di warung pinggir Danau Cavalio.
“Jangankan dapat ratusan ribu. Puluhan ribu saja susah dapet,” ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (15/7/2020).
Area Danau Cavalio termasuk ke dalam wilayah yang terkena aturan pembatasan sosial berskala lingkungan (PSBL) sejak 16 Juni 2020.
Sejak bulan lalu, ia sulit mendapatkan pelanggan lantaran penerapan PSBL.
Akses masuk Danau Cavalio menurut Sulasmi dibatasi. Beberapa akses ditutup untuk mengurangi keramaian di Danau Cavalio.
Pemilik Warung Amir, Sari (53) mengatakan bahwa warungnya juga sepi sejak bulan lalu. Kondisi warungnya tak jauh berbeda dengan warung milik Sulasmi.
“Anak di sini sepi yang nongkrong. Bapak-bapak saja yang mancing di sini,” ujar Sari.
Menurut dia, pengunjung yang datang juga biasanya dari petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Sari menyebutkan, tak banyak orang baru yang berkunjung ke warungnya.