DEPOK, KOMPAS.com - Wali Kota Depok, Mohammad Idris dan wakilnya Pradi Supriatna semakin mantap berpisah jelang Pilkada Depok 2020 nanti.
Pecah kongsi itu semakin nyata di depan mata setelah Pradi yang notabene kader Gerindra, secara resmi memperoleh rekomendasi untuk berkoalisi dengan kader PDI-P Afifah Aliyah di Pilkada Depok 2020.
Rekomendasi tersebut diterbitkan Dewan Pimpinan Pusat PDI-P, Jumat (17/7/2020) kemarin.
Keputusan DPP PDI-P itu buah dari rekomendasi dari tingkat kota dan provinsi dari Gerindra dan PDI-P yang sama-sama bersepakat mengusung Pradi-Afifah di pilkada.
Baca juga: Resmi, PDI-P dan Gerindra Koalisi Usung Pradi Supriyatna-Afifa Alia di Pilkada Depok
Mesra pada 2015
Pada Pilkada Depok 2015, Idris diusung menjadi calon wali kota menggantikan kader PKS Nur Mahmudi Ismail.
Idris merupakan kalangan nonpartai yang lekat dengan citra pendakwah, dekat dengan PKS, serta sudah mendampingi Nur Mahmudi sebagai wakil wali kota pada periode sebelumnya.
Sementara itu, Pradi merupakan Ketua DPC Gerindra Kota Depok.
Berbekal 9 kursi, Gerindra tak bisa mengusung sendiri calon usungannya di Depok saat itu, karena partai politik di Depok minimal punya 10 kursi di parlemen untuk mengusung calon.
PKS menjadi pengusung utama pasangan Idris-Pradi. Pasangan ini berhadapan dengan pasangan Dimas Oky Nugroho-Babai Suhaimi yang diusung PDI-P dan Golkar.
Baca juga: Komentar Pradi Supriatna dan Afifah Aliyah Resmi Diusung PDI-P di Pilkada Depok
Idris-Pradi berhasil menang telak dengan perolehan 411.367 atau 61,91 persen suara, menundukkan pasangan Dimas-Babai yang hanya meraup 253.086 atau 38,19 persen suara.
Meski demikian, angka golput cukup tinggi dengan total perolehan 557.576 suara tidak sah pada pemungutan suara 9 Desember 2015.
Setelah menjabat, hubungan antara Idris dengan Pradi tak begitu intim.
Renggangnya hubungan Idris dengan Pradi juga "didukung" makin jauhnya relasi PKS dengan Gerindra selama menjalankan pemerintahan.
Pihak Gerindra menganggap bahwa dalam pembuatan keputusan, partai besutan Prabowo Subianto itu kerap tidak dilibatkan, termasuk Pradi Supriatna sebagai wakil wali kota.
Teranyar, Pradi tak dimasukkan oleh Idris ke dalam jajaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok yang berisi pejabat-pejabat di Pemkot Depok.
Saat itu, Pradi sudah mendaftarkan diri dalam penjaringan bakal calon wali kota Depok 2021-2026 di internal Gerindra.
Baca juga: Idris Mengaku Didukung 5 Parpol, Segera Deklarasi Hadapi Pilkada Depok
Jelang Pilkada Depok 2020, Gerindra yang berhasil memperoleh 10 kursi di parlemen pada Pileg 2019 mantap mengusung calonnya sendiri.
"Kalau Gerindra, kami sudah tidak mau kalau dengan PKS. Makanya kami sudah tidak berkomunikasi dengan PKS," ujar Sekretaris DPC Gerindra Kota Depok, Hamzah saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/7/2020).
"Kan sudah pernah (koalisi dengan PKS) dan sudah pernah dikhianati. Buat apa kita, masa mau dibohongi dua kali?" tambahnya.
Pilkada Depok 2020
Gerindra pernah menjadi rival berat PDI-P di Pilkada Depok 2015. Bukan rahasia pula bahwa keduanya bertarung sengit di Pemilu 2014 dan 2019.
Namun, berbekal 10 kursi yang dimiliki masing-masing partai itu di DPRD Kota Depok, keduanya sepakat berkoalisi menggempur hegemoni PKS yang sudah 15 tahun di Depok, dengan mengusung pasangan kandidatnya sendiri: Pradi Supriatna dan Afifah Aliyah.
Gerindra-PDI-P akhirnya menjadi poros oposisi dalam konstelasi kekuatan politik di Depok kali ini.
Di luar itu, masih ada partai-partai lain dengan perolehan kursi di bawah 5, yakni Demokrat, PKB, PAN, dan PPP menjadi kuda hitam dengan membentuk Koalisi Tertata.
Poros petahana masih dimotori PKS dengan 12 kursi di parlemen dan telah berkuasa 3 periode.
Partai Golkar dengan 5 kursi sempat merapat ke poros PKS, namun sejauh ini masih tetap pada permintaan satu jatah kursi wakil wali kota.
Lantas, jika nasib Pradi sudah jelas di Pilkada Depok 2020, bagaimana dengan nasib Idris?
Manuver Idris jelang kontestasi terbilang lebih senyap. Ketika Pradi sudah gembar-gembor akan maju di pilkada, justru Idris sempat dikabarkan tak dilirik partai mana pun.
Idris menolak mencalonkan diri lewat jalur independen dan menganggap bahwa dukungan partai politik masih jadi kendaraan terbaik baginya untuk berkuasa lagi.
"Yang penting, kendaraannya bagus, lulus uji KIR, bagus, enak, nyaman. Biar kendaraan lama, harus lulus. Kendaraan baru juga harus lulus KIR," kata Idris pada Maret lalu.
Sejak awal tahun, PKS mengklaim bakal memprioritaskan 3 kader mereka untuk bertarung di Pilkada Depok 2020.
Dengan itu, nasib Idris yang selama ini lekat dengan PKS menggantung. Kendati tak menutup kemungkinan mencalonkan kandidat lain di menit akhir.
Akan tetapi, Presiden PKS Sohibul Iman mengaku tak menutup peluang bakal mencalonkan nama lain di luar 3 kader tadi di Pilkada Depok 2020, jelang menit-menit akhir.
Menit-menit akhir itu tampaknya sudah tiba. Baru-baru ini, Idris dengan percaya diri menyatakan bakal dideklarasikan oleh PKS untuk berkontestasi di pilkada.
"Alhamdulillah, mudah-mudahan nanti pada waktunya, saya akan deklarasi dengan pasangan. Dukungan dari 5 partai, yaitu (Koalisi) Tertata plus PKS. Harus deklarasi nanti kalau sudah selesai semua," kata Idris kepada wartawan pada Kamis (16/7/2020).
"Jadi, insya Allah saya juga termasuk yang katanya mendapatkan 'kendaraan'. Baru katanya. Dalam waktu dekat, insya Allah akan diumumkan," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.