"Saya diajar dan pernah menjadi asisten beliau (Sapardi) untuk menggantikan beberapa mata kuliah yang diajar. Mata kuliah Sastra Bandingan itu warisan Pak Sapardi yang masih ada sampai saat ini," ujarnya.
Baca juga: Sapardi Djoko Damono dan Ceritanya soal Hujan Bulan Juni...
Selain itu, mata kuliah yang digantikan Iben adalah Sastra Populer, Kajian Puisi, serta Masyarakat dan Kesenian Indonesia.
"Di dunia pendidikan, Sapardi juga melahirkan dosen baru yang berpikiran humanistik dan juga liberal," tambah Iben.
Mantan mahasiswa Sapardi lainnya, Galuh Sakti Bandini (27), juga menganggap Sapardi sebagai guru dan pendidik yang sangat menguasai bidang sastra.
Galuh pernah diajar oleh Sapardi saat menempuh jenjang pascasarjana (S2) Ilmu Susatra FIB UI.
"Waktu Pak Sapardi mengajar, dia bukan pengajar tetap, tetapi dia dosen tamu di pascasarjana," ujar Galuh saat dihubungi Kompas.com.
Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono, Sosok yang Menyukai Kesunyian
Sapardi mengajar satu mata kuliah bernama Alih Wahana.
Galuh menyebutkan, Sapardi adalah ahli di bidang Alih Wahana.
"Alih Wahana itu membahas tentang perubahan bentuk suatu karya ke karya lain. Misalnya novel ke film, puisi ke lagu," ujar Galuh.
Saat mengajar, Sapardi bisa menjelaskan materi kepada mahasiswa dengan tidak rumit.
Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono dan Karya Abadinya bagi Dunia Sastra Indonesia
Sapardi, kata Galuh, merupakan sosok yang mampu menguasai interdisipliner ilmu dan menguasai banyak hal sehingga memudahkan dalam mengajar.
"Ketia mengajar itu Pak Sapardi itu terlihat mempersiapkan diri (prepare). Dia bawa laptop sendiri, bawa audio sendiri untuk jelasin mata kuliah Alih Wahana," tambah Galuh.
Sapardi yang saat itu mengajar pada umur sekitar 75-an tahun, terbilang canggih, menurut Galuh. Sapardi tak gagap teknologi dalam proses mengajar mahasiswa.
"Dia mempersiapkan materi ajar dengan baik, mengajar dengan bahasa sederhana, membuat hal yang rumit mudah dimengerti kepada mahasiswa," kata Galuh.
Sapardi Djoko Damono kini telah berpulang.