Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sapardi Djoko Damono dalam Kenangan Mahasiswa dan Asisten Dosen, Guru yang Berwawasan Luas

Kompas.com - 19/07/2020, 15:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru yang berwawasan luas. Itulah kesan selain sastrawan yang melekat pada sosok Sapardi Djoko Damono.

Dalam perjalanannya, Sapardi pernah mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (kini Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia/FIB UI).

Bergelar Profesor, Sapardi semasa hidup berprofesi sebagai Guru Besar Pensiun UI dan Guru Besar Tetap pada program Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.

Baca juga: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Sapardi secara resmi memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP) di UI, yaitu 070603069. Sebagai dosen, Sapardi mengajar mahasiswa di Fakultas Sastra pada tahun 1974.

Sapardi kemudian dikukuhkan menjadi Guru Besar Ilmu Susastra pada 1995.

Sapardi menjabat sebagai Dekan FIB UI periode 1995-1999 dan pensiun pada 2005.

Mantan mahasiswa dan rekan sejawat di Departemen Susastra FIB UI Ibnu Wahyudi mengatakan, almarhum Sapardi merupakan dosen yang memberikan peluang untuk mahasiswanya bebas berpikir.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono Meninggal, Alami Penurunan Fungsi Organ

Sapardi baginya adalah guru yang berwawasan luas.

"Cara berpikir Pak Sapardi yang interdisipliner dan humanistik itu tertanam pada anak didik dan mantan muridnya yang menjadi dosen," kata Ibnu saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/7/2020).

Laki-laki yang akrab disapa disapa Iben ini mengatakan, sosok Sapardi sebagai guru benar-benar menerapkan semboyan Tut Wuri Handayani.

"Sapardi tidak mengekang, membatasi, memberikan semangat mahasiswanya untuk berpikir secara bebas," ujarnya.

Baca juga: Jenazah Sapardi Djoko Damono Akan Dimakamkan di TPU Giritama Bogor

Sapardi Djoko Damono, sastrawan dan dosen UI pada Temu Kritikus dan Sastrawan, 12-16 Desember 1984.KOMPAS/Don Sabdono Sapardi Djoko Damono, sastrawan dan dosen UI pada Temu Kritikus dan Sastrawan, 12-16 Desember 1984.

Iben pernah diajar oleh Sapardi pada mata kuliah Kajian Puisi, Sosiologi Sastra, dan Sastra Bandingan. Saat itu, Iben menempuh pendidikan S1 Sastra Indonesia pada 1981.

"Almarhum (juga) pembimbing skripsi saya," ujar Iben.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono Sempat Dirawat Sejak 9 Juli Sebelum Berpulang

Iben juga pernah menjadi asisten pengajar Sapardi.

Iben bersama rekannya di FIB UI, Sunu Wasono, membantu Sapardi untuk mengajar sejumlah mata kuliah untuk mahasiswa.

"Saya diajar dan pernah menjadi asisten beliau (Sapardi) untuk menggantikan beberapa mata kuliah yang diajar. Mata kuliah Sastra Bandingan itu warisan Pak Sapardi yang masih ada sampai saat ini," ujarnya.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono dan Ceritanya soal Hujan Bulan Juni...

Selain itu, mata kuliah yang digantikan Iben adalah Sastra Populer, Kajian Puisi, serta Masyarakat dan Kesenian Indonesia.

"Di dunia pendidikan, Sapardi juga melahirkan dosen baru yang berpikiran humanistik dan juga liberal," tambah Iben.

Penulis Supardi Djoka Damono dalam sesi wawancara di Redaksi Kompas.com di Pal Merah Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017).KOMPAS.com/Dian Reinis Kumampung Penulis Supardi Djoka Damono dalam sesi wawancara di Redaksi Kompas.com di Pal Merah Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017).

Mantan mahasiswa Sapardi lainnya, Galuh Sakti Bandini (27), juga menganggap Sapardi sebagai guru dan pendidik yang sangat menguasai bidang sastra.

Galuh pernah diajar oleh Sapardi saat menempuh jenjang pascasarjana (S2) Ilmu Susatra FIB UI.

"Waktu Pak Sapardi mengajar, dia bukan pengajar tetap, tetapi dia dosen tamu di pascasarjana," ujar Galuh saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono, Sosok yang Menyukai Kesunyian

Sapardi mengajar satu mata kuliah bernama Alih Wahana.

Galuh menyebutkan, Sapardi adalah ahli di bidang Alih Wahana.

"Alih Wahana itu membahas tentang perubahan bentuk suatu karya ke karya lain. Misalnya novel ke film, puisi ke lagu," ujar Galuh.

Saat mengajar, Sapardi bisa menjelaskan materi kepada mahasiswa dengan tidak rumit.

Baca juga: Mengenang Sapardi Djoko Damono dan Karya Abadinya bagi Dunia Sastra Indonesia


Sapardi, kata Galuh, merupakan sosok yang mampu menguasai interdisipliner ilmu dan menguasai banyak hal sehingga memudahkan dalam mengajar.

"Ketia mengajar itu Pak Sapardi itu terlihat mempersiapkan diri (prepare). Dia bawa laptop sendiri, bawa audio sendiri untuk jelasin mata kuliah Alih Wahana," tambah Galuh.

Sapardi yang saat itu mengajar pada umur sekitar 75-an tahun, terbilang canggih, menurut Galuh. Sapardi tak gagap teknologi dalam proses mengajar mahasiswa.

"Dia mempersiapkan materi ajar dengan baik, mengajar dengan bahasa sederhana, membuat hal yang rumit mudah dimengerti kepada mahasiswa," kata Galuh.

Suasana rumah duka almarhum Sapardi Djoko Damono di Komplek Perumahan Dosen UI, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (19/7/2020). Ddk. Hasta Dwi Pradana Suasana rumah duka almarhum Sapardi Djoko Damono di Komplek Perumahan Dosen UI, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (19/7/2020).

Sapardi Djoko Damono kini telah berpulang.

Sapardi menghembuskan napas terakhir pada usia 80 tahun di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Sapardi yang lahir pada 20 Maret 1940 di Surakata, Jawa Tengah, meninggal karena penurunan fungsi organ.

Baca juga: Biografi Sapardi Djoko Damono: Penyair Legendaris Indonesia

Almarhum adalah sastrawan besar Indonesia sekaligus akademisi dari Universitas Indonesia.

Sapardi juga pernah mengajar di Institut Kesenian Jakarta, Universitas Diponegoro, Universitas Padjajaran, dan Institut Seni Indonesia Solo.

Sapardi dimakamkan di TPU Giritama, Bogor, Jawa Barat pada Minggu (19/7/2020) sore.

Selamat jalan Sapardi Djoko Damono.

Pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi, tapi dalam bait-bait sajak ini, kau tak akan kurelakan sendiri - Sapardi Djoko Damono, Pada Suatu Hari Nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Heru Budi Betolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Betolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com