Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Psikolog soal Rasa Aman Palsu Saat Kasus Covid-19 Terus Menanjak

Kompas.com - 24/07/2020, 21:43 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 di Jakarta dan sekitarnya masih jauh dari tuntas. Temuan kasus baru terus bermunculan walau untuk konteks Jakarta itu terjadi karena pelacakan yang masif.

Masalahnya, kasus Covid-19 yang terus mendaki tak berbanding lurus dengan sense of crisis warga. Warga justru seakan-akan merasa aman. Sebuah rasa aman palsu. Mobilitas warga semakin tinggi meskipun virus corona ada di sekeliling mereka.

Psikolog Adityana Kasandra mengungkapkan, setidaknya ada tiga penyebab di balik mencuatnya rasa aman palsu itu, yang membuat warga mulai abai terhadap bahaya Covid-19 serta cuek dengan protokol kesehatan.

Baca juga: Pakar Curiga Pelacakan Kasus Covid-19 di Jakarta Kurang Optimal

Menurut dia, pertama, ada euforia warga setelah masa karantina berbulan-bulan. Hal itu kemudian didukung dengan adanya ketidakpercayaan terhadap bahaya Covid-19.

"Mereka tidak mampu mengendalikan emosi, terlalu bersemangat, setelah sekian lama harus menjalani isolasi mandiri," ujar Kasandra kepada Kompas.com, Jumat (24/7/2020) malam.

"Sementara ada sebagian lain yang hilang sense of crisis-nya karena memang sejak awal tidak percaya terhadap Covid-19," tambah dia.

Narasi-narasi soal teori konspirasi virus corona memang merebak, tak hanya di Indonesia tetapi juga belahan lain dunia dengan berbagai motif.

Di Indonesia, wacana konspirasi soal virus corona justru dikemukakan oleh orang-orang yang dianggap tokoh masyarakat. Selebritas dan influencer, sebut saja Jerinx, Anji, hingga Young Lex hanya segelintir dari nama-nama yang terang-terangan menyatakan keraguannya soal bahaya Covid-19.

Dalam kadar tertentu, meluasnya wacana konspirasi soal Covid-19 itu akhirnya mengipasi mereka yang sejak awal tak mengerti atau meragukan bahaya Covid-19 dengan aneka sebab.

"Saya rasa bukan semata-mata karena masalah miskomunikasi antara masyarakat dengan pemerintah, tetapi lebih kepada keterbatasan kapasitas masyarakat dalam menghadapi pandemi," ujar  Kasandra.

"Kita tidak siap dan tidak mampu menghadapi Covid-19," imbuh dia.

Baca juga: Pengungsi Asing di Kalideres Sulit Terapkan Protokol Pencegahan Covid-19

Di samping sebab-sebab tadi, ketidakpedulian kolektif juga diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang memahami isu pandemi.

Belum lagi, sejumlah kalangan masyarakat memang betul-betul dalam keadaan finansial yang tersudut karena pandemi ini.

"Masalah ekonomi ini sudah menjadi bagian yang tidak dapat terelakkan. Mereka lebih takut untuk putus rantai kehidupan daripada harus menjalankan prosedur Covid-19," kata Kasandra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Oknum Anggota TNI Pengeroyok Warga Sipil di Depan Polres Jakpus Bukan Personel Kodam Jaya

Megapolitan
Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Polisi: Sopir Truk Ugal-ugalan di GT Halim Bicara Melantur

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Kronologi 4 Warga Sipil Dianiaya Oknum TNI di Depan Mapolres Jakpus, Bermula Pemalakan Ibu Tentara

Megapolitan
Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Polisi Amankan 4 Remaja yang Bawa Senjata Tajam Sambil Bonceng 4 di Bogor

Megapolitan
Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Wacana Sekolah Gratis, Emak-emak di Pasar Minggu Khawatir KJP Dihapus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com