Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpaksa Menjadi Manusia Silver untuk Menyambung Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Kompas.com - 26/07/2020, 07:57 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bunyi uang receh yang dikeluarkan dari suatu wadah membuat kesunyian malam itu menjadi pecah.

Setptian Yoanda (17) dan Siti Jena (17), yang mengaku terpaksa menjadi manusia silver untuk menyambung hidup di masa pandemi Covid-19, tampak sibuk mengumpulkan dan merapikan uang hasil jerih payah di perempatan Permata Hijau, Jakarta Barat, Sabtu (25/7/2020) dini hari.

Septian kebagian tugas merapikan uang pecahan Rp 100, Rp 200, Rp 500, sampai Rp 1.000.

Sementara Siti Jena, dengan cepat meluruskan uang kertas pemberian para pengendara motor di perempatan, mulai dari pecahan Rp 1.000 sampai Rp 20.000.

"Ini saya baru keluar sore sampai malam, ini baru selesai dan mau pulang. Lapar mau pulang," kata Septian.

Baca juga: Dinilai Mengganggu, Pengemis dan Manusia Silver di Tangsel Diamankan

Sambil menghitung uang, Septian mulai menceritakan kisahnya menjadi manusia silver.

Septian bersama Siti mengaku terpaksa menjadi manusia silver karena putus sekolah.

Demi menyambung hidup, dua tetangga yang rumahnya bersebelahan ini mencari peruntungan dengan menjadi manusia silver.

Mulai dari bernyanyi dari mobil ke mobil, pasar ke pasar hingga menjadi patung dilakukan oleh mereka.

"Dari sore main (wilayah) rumahan, main pasar dari Bayoran situ, di sini perempatan doang sudah mainnya," kata Septian.

Semakin bagus Septian dan Siti bernyanyi, semakin menarik perhatian para pengendara jalan yang sedang mengantre di lampu merah.

Baca juga: Dijaring Satpol PP, Tiga Manusia Silver Kabur dari GOR Pasar Minggu

Satu per satu kendaraan didatangi oleh Siti dan Septian, mereka juga tidak lupa membawa wadah kardus atau bekas bungkus permen untuk mengumpulkan uang.

Dalam sehari, Septian dan Siti bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp 200.000. Uang itu digunakan untuk membeli makan dan memenuhi kebutuhan rumah.

Lalu bagaimana proses mereka mengecat badan menjadi silver?

Septian menjelaskan secara singkat bagaimana cara mengubah diri atau mewarnai diri sampai berwarna silver.

Bahan dasar silver diambilnya dari cat sablon, setelah itu cat sablon dicampur dengan handbody lotion dengan minyak.

"Cat sablon warna silver, cat dicampur minyak dan handbody," kata Septian.

Setelah campuran merata, Septian dan Siti bergatian membaluri bagian badan yang terbuka dengan adonan cat.

Untuk Siti, cat dibalur di bagian leher, wajah, hingga seluruh bagian kaki dan tangan.

Sedangkan Septian, punggung dan dadanya juga turut dibaluri cat karena Ia harus tampil dengan telanjang dada.

"Catnya dibalurin pakai tangan ke badan," kata Siti.

Setelah semua siap, baru mereka beranjak ke perempatan, pasar dan tempat-tempat lainnya.

Tahan 8 jam dan dibilas dengan sabun cuci piring

Ternyata, daya tahan campuran cat silver menurut Siti dapat bertahan hingga 8 jam.

Jika lewat dari itu, biasanya cat memudar dan luntur.

Selama lima bulan menjadi manusia silver Siti dan Septian mengaku belum mendapatkan gejala atau efek samping akibat adonan cat tersebut pada kulit mereka.

Baca juga: Lempari Petugas Satpol PP dengan Batu Bata, Manusia Silver Ditertibkan

"Enggak boleh lebih dari 8 jam," ujar Siti.

Setelah 8 jam atau kurang, Siti dan Septian pulang ke rumah lalu membersihkan seluruh bagian yang terkena cat dengan air dan sabun cuci piring.

"Kalau bilas ya mandi pakai sabun," kata Siti.

Dengan begitu, seluruh bagian yang tadinya terkena cat sudah bersih.

Dari pengamen ke manusia silver

Sebelum menjadi manusia silver, Siti dan Septian mengamen di sekitar wilayah Kebayoran Lama dan Permata Hijau.

Setelah pandemi Covid-19, pendapatan mengamen turun drastis.

Septian melihat peluang menjadi manusia silver lumayan menguntungkan, itu sebabnya ia mengajak Siti beralih dari mengamen menjadi manusia silver.

"Jadi ini (manusia silver) pas awal-awal bulan puasa lah, sebelumnya ngamen bawa gitar," kata Septian.

Ditertibkan

Anggota Satpol PP mengamankan "manusia silver" yang berada di sekitar traffic light wilayah Jakarta Barat. Dua di antaranya diamankan di wilayah Srengseng, Kembangan. Mereka termasuk dalam kategori penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Manusia silver mengecat seluruh tubuhnya dengan warna keperakan dan membawa kardus untuk mengumpulkan sumbangan dari pengendara mobil dan motor.

"Pertama kami sasar penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), itu kan ada parkir liar, pengemis, manusia silver jadi intinya memang pertama ada dikerumunan dan nongkrong itu juga ada kita tangkap-tangkapin," ucap kata Kasie PPNS dan Penindakan Satpol PP Jakarta Barat Ivan Sigiro saat dihubungi, Selasa (28/4/2020).

Baca juga: Satpol PP Angkut Manusia Silver ke GOR Cengkareng untuk Dibina

Setelah ditangkap, para penyandang PMKS akan dikumpulkan di satu tempat, yakni Gelanggang Olah Raga (GOR) Cengkareng.

"Sesuai perintah Pak Gubernur kalau memang di kerumunan kami tangkap saja dulu, kami tangkap dan bawa ke GOR," ucap Ivan.

Di sana mereka semua didata. Bila ada PMKS yang ber-KTP DKI Jakarta, maka pihak Satpol PP akan menginfokan kepada keluarga bersangkutan.

"Kalau dia ber-KTP DKI paling tidak kami lakukan pembinaan dulu disitu, kami kasih tahu bahayanya bila mereka tetap ada dijalanan, kami juga cek kesehatannya," kata Ivan.

Ivan pun berharap agar para PMKS sadar dan tidak memilih kembali ke jalanan apalagi sampai berkerumum di tengah masa pandemi virus corona ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com