Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Istana Bogor yang Angker

Kompas.com - 27/07/2020, 17:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Kami sekeluarga sudah terbiasa dengan 'hantu-hantu' semenjak kemenangan Gus Dur dalam Muktamar Nahdlatul Ulama di Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, awal Desember 1994,” kata Inayah sambil tertawa.

Tentu yang dimaksud Inayah dengan “hantu-hantu” paska Muktamar NU Cipasung itu adalah para kaki tangan regim penguasa yang tidak ingin Gus Dur terpilih kembali jadi ketua umum PB NU. Hantu-hantu merupakan kiasan.

Soimah pun tertawa

Lalu mengapa Jokowi memilih tinggal di kawasan atau kompleks Istana Bogor ? Koran Tribun Jakarta, Kamis 13 Desember 2018, pernah memberitakan hal berkaitan dengan itu dengan judul “Terkuak, Ini alasan Jokowi pilih paviliun ketimbang istana sebagai tempat tinggal di kota hujan”

Berita itu menulis, “Namun siapa sangka, sejak Presiden Jokowi dan keluarga tinggal di Istana Bogor, justru paviliun bernama Bayurini lah yang didiami Jokowi dan keluarga.”

Dari kalimat ini belum jelas kenapa memilih di Istana Bogor dan bukan Istana di Jakarta.

“Di istana Bogor itu bukan di istananya tapi rumah kecil di pojokan,” ujar Jokowi yang sama sekali tidak menjelaskan mengapa pilih kawasan Istana Bogor.

Berita itu samasekali tidak “menguak” alasan apapun kecuali untuk mempertunjukan, sebuah pilihan tempat tinggal yang sederhana ?

Paviliun Bayurini atau Wisma Dyah Bayurini dibangun tahun 1964, semasa pemerintahan Bung Karno. Tahun 1954, Bung Karno telah mendirikan di kawasan Istana Bogor, lima paviliun terpisah dari bangunan utama, yakni paviliun Amarta, Madukara, Pringgodani, Dwarawati, dan Yodipati. Bila berada di Istana Bogor, Bung Karno menginap di paviliun Amarta.

Awal tahun 1990-an, saya pernah menyaksikan Ny Tien Soeharto mengajak para cucunya bercengkerama di Wisma Dyah Bayurini.

Hari Minggu 17 Frebuari 2019 lalu, Jokowi sambil mengemudikan mobil golf menjelaskan alasannya mengapa ia tinggal di Istana Bogor. Di mobil golf yang berkeliling kawasan istana Bogor itu ada Ny Iriana Joko Widodo dan host juri Liga Dangdut Indonesia (LIGA), yakni Soimah, Ramzi dan Gilang Dirga.

Soimah tertawa “ngakak” mendengar alasan Jokowi. Soimah bilang, bisa-bisa profesi lawak “tidak laku” karena ucapan Jokowi yang jenaka.

Jokowi mengatakan stelah dilantik ia sempat tinggal di Istana Negara, Jakarta. Tapi kemudian pindah ke Istana Bogor karena menurutnya, Jakarta terlalu besar dan ramai. Di kawasan Istana Bogor, kata Jokowi, ia memilih paviliun, bukan di gedung utama.

Katanya, kalau di gedung utama istana, “Saya mau memanggil Bu Jokowi, buuuuuu”. Jokowi mengatakan itu dengan peragaan tangan melambai dengan mimik wajah jenaka.

Soimah pun tertawa terbahak. “Jangan lucu-lucu, Pak. Bahaya, nanti profesi kita (tersaing sebagai pelawak). Hal ini saya ambil dari berita Suara.com, 17 Frebuari 2019). Ayoooo ngguyuuuuu (mari tartawa). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com