JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog sekaligus pakar biostatistika, Pandu Riono memperkirakan, jumlah perkantoran yang terpapar Covid-19 di Jakarta lebih banyak dari data yang diumumkan Dinas Kesehatan DKI.
"Menurut saya, klaster perkantoran di DKI Jakarta potensial jauh lebih banyak daripada yang yang terdata sekarang," ujar Pandu kepada Kompas.com, Selasa (28/7/2020).
"Ada tren menutup-nutupi (kasus Covid-19 di lingkungan kantor), walau tidak semua kantor. Yang terbuka ada, yang tidak terbuka banyak. Yang tidak terbuka jauh lebih banyak," imbuhnya.
Data resmi hingga Selasa kemarin, total ditemukan 440 karyawan di 68 kantor di DKI Jakarta yang positif Covid-19.
Baca juga: 440 Karyawan di 68 Perkantoran Jakarta Terpapar Covid-19
Pandu berujar, tren menutup-nutupi data itu disebabkan oleh banyak faktor.
Yang jelas, apa pun alasannya, ketertutupan itu menghambat pengendalian penularan virus corona dan berpotensi membahayakan banyak orang, termasuk sesama pegawai di kantor tersebut.
"Mereka pada umumnya tidak mau karena terstigma. Itu yang seringkali terjadi, yaitu adanya ketidakjujuran dan ketidakjujuran seperti ini tidak bertanggung jawab," ujar Pandu.
"Apalagi kalau karyawan itu memiliki kekuasaan, misalnya pimpinan kantor atau direkturnya. Kalau di antara direktur ada yang positif, mereka tidak mau terbuka. Bisa saja ada orang yang sudah tes mandiri, kemudian tidak memberi tahu kalau dia positif," tambahnya.
Bukan hanya pegawai kantor yang tak jujur soal kondisinya, sejumlah manajemen perusahaan juga ditengarai enggan terbuka mengenai kasus Covid-19 di lingkungan kantor tersebut.
"Ada misalnya karyawan yang sudah melaporkan ke HRD-nya bahwa dia terkena Covid-19, kemudian kantornya tidak ada protokol yang diterapkan sehubungan dengan karyawan yang terinfeksi. Padahal, protokolnya sudah ada dan itu harus diterapkan," ujar Pandu, mengacu pada ketentuan bahwa perkantoran harus tutup sela 14 hari jika ada pegawainya terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca juga: Saat Perkantoran Jadi Klaster Penyebaran Covid-19...
Pandu mengingatkan para pegawai agar tidak lengah dengan kondisi di kantor. Apalagi, beberapa kantor mungkin tidak didukung dengan sirkulasi udara yang baik.
Munculnya klaster perkantoran, sambungnya, akibat kelalaian orang-orang di kantor yang secara tak sadar mengabaikan protokol kesehatan.
"Saat kerja mungkin kita semua betul-betul menggunakan alat proteksi. Tetapi begitu sedang ngobrol atau istirahat, lantas tidak pakai masker. Itu yang seringkali terjadi," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.