Wartawan lainnya yang merasa khawatir dengan sistem bekerja di lapangan saat pandemi adalah DB.
Apalagi setiap harinya Ia bertemu dengan banyak orang berbagai narasumber yang tidak dapat dipastikan bebas Covid-19.
"Kita khawatir karena kita juga enggak tahu kan teman atau narsum kita itu habis ketemu siapa sebelum ketemu kita. Dia positif atau enggak kita juga enggak tahu kan, karena belakangan kan lebih banyak pasien positif itu OTG. Belum lagi waktu naik angkutan umum gitu pas jalan ke lokasi liputan," tutur DB.
Kantornya tak mempunyai kebijakan untuk memberlakukan kerja dari rumah atau work from home (WFH).
Wartawan bakal diminta tetap di rumah bila mempunyai gejala flu dan batuk.
"Ya memang sih setiap pagi korlip itu selalu ingetin jaga jarak, jaga kesehatan, make masker gitu. Tapi abis itu langsung perintahin ke tempat-tempat ramai, semisal mantau stasiun pas jam padat atau ke lokasi lihat antrean orang yang mau olahraga di GBK sama ngawal demo juga nih," kata pria 26 tahun ini.
Sebenarnya yang dikhawatirkan DB adalah kedua orangtuanya. Mereka sudah berusia lanjut dan tergolong rentan terpapar Corona.
Ia takut bila dirinya menjadi pasien tanpa gejala dan kemudian menularkan ke orangtuanya.
"Kalau misal kita yang kena sih menurut gue ngga terlalu masalah ya, karena gue yakin imun gue masih kuat. Nah yang ditakutin itu kalau kita malah nularin orang di rumah, ortu gue udah di atas 60 tahun semua dan bapak gue punya penyakit jantung juga," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.