JAKARTA, KOMPAS.com - “Di situ gue ngerasa, yaudah ikhlas aja,” kata RF (27), seorang wartawan begitu mendengar kabar dirinya terkonfirmasi positif Covid-19.
Ia tak menyangka kini menjadi bagian dari 100.000 orang di Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Kabar mengejutkan ia dapatkan saat dalam perjalanan pulang pada Minggu (2/8/2020) siang.
“Kaget sih, karena gue ngerasa sehat. Eh taunya positif,” ujar RF saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020) malam.
RF merupakan salah satu wartawan di Jakarta yang terinfeksi virus Covid-19. Di kantornya, ia berstatus sebagai reporter di desk nasional.
Baca juga: Ketua DPRD DKI Sebut Politisi PKS Dani Anwar Meninggal karena Covid-19
Tugas RF meliput isu-isu nasional seperti di Kejaksaan Agung dan Mabes Polri. Dari sanalah cerita RF dan Covid-19 dimulai.
Di tengah wabah pandemi Covid-19, RF takut didiagnosis sebagai Orang Tanpa Gejala (ODP).
Belakangan, istilah OTG diganti Menteri Kesehatan Terawan Putranto menjadi kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).
“Nah walaupun gue takut jadi OTG, gue nggak pernah kepikiran bakal kena karena gue ngerasa selalu pake masker, olahraga, cuci tangan, minum jamu dan lain-lain lah,” ujar RF.
Kegelisahan RF muncul saat ada tujuh orang yang bertugas di Mabes Polri dinyatakan positif Covid-19.
RF pernah berkontak dengan mereka dalam suatu acara.
“Di situ gue mulai was-was sih,” tambahnya.
Baca juga: Tukang Becak Meninggal di Atas Becaknya, Hasil Rapid Test Covid-19 Reaktif
Kemudian, ia melakukan tes usap (swab test) di RS Polri pada Jumat (31/7/2020). Hasilnya terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan hasil tes usap pada Senin (3/8/2020).
Liputan di lapangan
Ia aktif ke turun meliput berita lapangan saat ramai isu buronan korupsi Djoko Chandra.
RF menduga tertular Covid-19 saat meliput konferensi pers di Mabes Polri.
“Meski pakai masker, lupa jaga jarak. Kalau lagi deadline berita, buyar jaga jarak,” kata RF.
Ia memilih bertugas ke lapangan lantaran sulitnya meminta keterangan narasumber untuk bahan penulisan berita.
Di saat pandemi Covid-19, kantornya tak mempermasalahkan jika kualitas berita menurun.
Redakturnya paham kalau pola liputan di saat pandemi Covid-19 terkesan satu arah.
Satu arah bisa diartikan, wartawan hanya menerima informasi yang diberikan oleh pihak humas tanpa bisa banyak memperdalam informasi lebih lanjut.
Baca juga: Curhat Wartawan Ibu Kota Meliput di Tengah Tingginya Kasus Covid-19
Sejumlah pejabat juga sulit dihubungi untuk wawancara via telepon. Padahal, wawancara via telepon sangat membantu untuk penerapan protokol kesehatan.