Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Bulan Pelonggaran PSBB, Kasus Covid-19 di Depok Melonjak

Kompas.com - 05/08/2020, 06:43 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com – Hari ini, Rabu (5/8/2020), tepat 2 bulan setelah pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Depok.

Bertepatan dengan 2 bulan PSBB Proporsional “level 3” di Depok, temuan kasus Covid-19 justru makin tinggi.

Selasa (4/8/2020) kemarin, Pemerintah Kota Depok mengumumkan 28 kasus baru Covid-19 di Depok.

Data ini merupakan angka tertinggi sejak PSBB Proporsional diterapkan pada 5 Juni 2020 lalu.

Baca juga: UPDATE 4 Agustus di Depok: Tambah 28 Kasus, Temuan Terbanyak Sejak Pelonggaran PSBB

Selain itu, temuan 28 kasus baru Covid-19 dalam sehari juga jadi yang tertinggi kedua sepanjang riwayat pandemi Covid-19 melanda Depok.

Sebelumnya, jumlah kasus baru tertinggi di Depok terjadi pada 22 Mei 2020, dengan temuan 38 kasus baru dalam sehari.

Mari kita cermati grafiknya:

1. Temuan kasus baru per hari meningkat dalam 3 pekan terakhir

5-21 Juni 2020: temuan kasus baru naik-turun

Temuan kasus baru Covid-19 di Depok sempat fluktuatif pada fase ini. Temuan kasus baru sempat mencapai titik terendah, yakni hanya 1 kasus baru pada 6 Juni 2020; dan titik tertinggi pada 19 Juni 2020 dengan 21 kasus baru.

Inkonsistensi itu tampak jelas karena temuan kasus baru naik-turun secara jomplang hanya dalam selang 1-2 hari, misalnya:

a. 10 Juni: 8 kasus baru

b. 11 Juni: 14 kasus baru

c. 12 Juni: 9 kasus baru

d. 13 Juni: 14 kasus baru

e. 14 Juni: 8 kasus baru

f. 15 Juni: 2 kasus baru

g. 16 Juni: 10 kasus baru

h. 17 Juni: 3 kasus baru

i. 18 Juni: 9 kasus baru

j. 19 Juni: 21 kasus baru

Temuan kasus baru Covid-19 di Depok sejak PSBB Proporsional pada 5 Juni 2020. Sejak pertengahan Juli 2020, temuan kasus baru Covid-19 di Depok setiap harinya semakin banyak.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Temuan kasus baru Covid-19 di Depok sejak PSBB Proporsional pada 5 Juni 2020. Sejak pertengahan Juli 2020, temuan kasus baru Covid-19 di Depok setiap harinya semakin banyak.

22 Juni-2 Juli 2020: temuan kasus baru menurun

Mulai 22 Juni, grafik terlihat cukup konsisten dengan tren temuan kasus baru terus berkurang setiap harinya.

Baca juga: Kisah Wartawan Positif Covid-19, Takut OTG sampai Akhirnya Terinfeksi

Dimulai dari lonjakan 12 kasus baru dalam sehari, tren temuan kasus baru Covid-19 terus menurun (sesekali naik, namun tak begitu signifikan) hingga 2 Juli 2020 dengan hanya 4 kasus baru.

3-9 Juli 2020: temuan kasus baru konsisten 11-12 sehari

Sepekan berikutnya, yakni 3-9 Juli 2020, grafik menunjukkan fase yang cukup konsisten, yakni naik-turun antara 10-13 kasus per hari.

Rata-rata kasus baru Covid-19 pada fase ini sebanyak 11-12 kasus per hari.

10-14 Juli 2020: temuan kasus baru konsisten 6,2 sehari

Lima hari kemudian, yakni 10-14 Juli 2020, grafik juga cukup konsisten dan temuan kasus baru Covid-19 cukup rendah. Rata-ratanya hanya sekitar 6 kasus baru dalam sehari.

15 Juli 2020: temuan kasus baru terus meninggi

Kejutan datang mulai 15 Juli 2020 hingga hari ini. Temuan nyaris selalu di atas 15 kasus baru Covid-19 dalam sehari, kecuali pada 26 Juli (14) dan 27 Juli (7).

Bahkan pada fase ini, 4 kali temuan kasus baru Covid-19 di Depok mencapai angka tertinggi sejak PSBB diperlonggar:

a. 17 Juli 2020: 23 kasus baru sehari

b. 18 Juli 2020: 24 kasus baru sehari. Jumlah 24 kasus baru bahkan berulang 2 kali, yakni pada 23 dan 30 Juli 2020.

c. 22 Juli 2020: 25 kasus baru sehari. Jumlah ini juga berulang 2 kali, yakni 29 Juli dan 2 Agustus lalu.

d. 4 Agustus 2020: 28 kasus baru sehari.

Total, sejak 15 Juli 2020, temuan kasus baru Covid-19 mencapai 426 kasus dalam kurun 3 pekan.

Baca juga: Ganjil Genap Diterapkan, Pekerja di Jakarta Pilih Naik Taksi Online, Pengeluaran Membengkak

2. Kasus aktif (pasien dirawat) melonjak sepekan terakhir

Tingginya temuan kasus baru tak diimbangi dengan jumlah pasien yang dinyatakan pulih dari infeksi virus corona.

Akibatnya, grafik jumlah pasien Covid-19 yang saat ini sedang dirawat (kasus aktif) terus mendaki.

Per Selasa kemarin, jumlah kasus aktif di Depok telah mencapai 258 orang.

Sejatinya, kasus aktif Covid-19 sempat menurun drastis sebelum pelonggaran PSBB, tepatnya mulai 26 Mei 2020, ketika Pemkot Depok mengumumkan 51 pasien Covid-19 sembuh bersamaan dalam sehari.

Grafik jumlah pasien positif Covid-19 yang sedang dirawat (kasus aktif) di Depok sejak PSBB Proporsional diberlakukan pada 5 Juni 2020. Berdasarkan data ini, terlihat bahwa Kota Depok sedang menyongsong gelombang kedua Covid-19.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Grafik jumlah pasien positif Covid-19 yang sedang dirawat (kasus aktif) di Depok sejak PSBB Proporsional diberlakukan pada 5 Juni 2020. Berdasarkan data ini, terlihat bahwa Kota Depok sedang menyongsong gelombang kedua Covid-19.

Sejak itu, angka kesembuhan terus bertambah sehingga jumlah kasus aktif (pasien dirawat) terus bertambah.

Semenjak PSBB diperlonggar, setidaknya 6 kali Kota Depok mencatat titik terendah jumlah kasus aktif.

6 Juni 2020: 225 kasus aktif. Jumlah ini kemudian sempat memuncak lagi pada 14 Juni dengan 247 kasus aktif.

18 Juni 2020: 214 kasus aktif. Jumlah ini kemudian sempat naik lagi hingga 23 Juni mencapai 238 kasus aktif.

2-3 Juli 2020: 200 kasus aktif. Sempat naik ke angka 211 kasus aktif pada 11 Juli 2020, sebelum grafik kembali menukik jauh.

15 Juli 2020: 159 kasus aktif, terendah sejak PSBB diperlonggar. Setelahnya, kasus aktif berangsur naik hingga 23 Juli 2020 tercatat 207 pasien Covid-19 dirawat di Depok.

24 Juli 2020: 178 kasus aktif. Ini menjadi titik terendah terakhir sebelum jumlah pasien dirawat terus melonjak sampai sekarang.

30 Juli 2020: 187 kasus aktif.

Sejak itu, jumlah kasus aktif meningkat cukup signifikan jika dibandingkan tren sebelumnya:

a. 31 Juli: 202 kasus aktif

b. 1 Agustus: 220 kasus aktif

c. 2 Agustus: 232 kasus aktif

d.  Agustus: 241 kasus aktif

e. 4 Agustus: 258 kasus aktif

Itu artinya, dalam 6 hari terakhir, jumlah pasien dirawat karena positif Covid-19 bertambah 71 orang sekaligus.

3. Angka kematian

Selama 2 bulan sejak PSBB diperlonggar, yakni periode 5 Juni-4 Agustus 2020, ada 20 orang yang meninggal dunia terkonfirmasi akibat Covid-19.

Dibandingkan dengan 2 bulan sebelumnya, yakni 5 April-4 Juni 2020, jumlah korban meninggal hanya selisih 2 korban jiwa.

Pada periode tersebut, ada 22 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di Depok.

Data tersebut menunjukkan, sesudah menangani pandemi selama 5 bulan, rupanya pengendalian kematian pasien positif Covid-19 di Depok tak membaik secara signifikan.

Mari perhatikan tren kematian pasien positif Covid-19 di Depok sejak pelonggaran PSBB.

15 Juni-4 Juli 2020

Grafik sempat stagnan pada jumlah 34 kematian dalam periode yang cukup lama yakni 3 pekan.

6 Juli-17 Juli 2020

Angka kematian kembali stagnan di angka 36 korban jiwa, namun periodenya lebih pendek.

18 Juli-27 Juli 2020

Dalam sepuluh hari, 5 pasien positif Covid-19 wafat. Itu artinya, jumlah korban jiwa bertambah 1 orang setiap 2 hari sekali.

Sampai 27 Juli 2020, ada 42 pasien positif Covid-19 wafat di Depok.

28 Juli-30 Juli 2020

Jumlah korban jiwa mulai menanjak drastis. Dalam 3 hari, 6 pasien positif Covid-19 meninggal di Depok.

31 Juli-4 Agustus 2020

Dalam 5 hari terakhir, jika dirata-rata, 1 pasien positif Covid-19 meninggal setiap 2-3 hari. Terkini, Pemkot Depok mengumumkan total 50 orang wafat karena Covid-19.

Kematian berkaitan dengan Covid-19 di Depok. Jumlah kematian pasien dalam pengawasan (PDP) di Depok rata-rata 3 kali lipat lebih banyak ketimbang jumlah kematian pasien positif Covid-19.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Kematian berkaitan dengan Covid-19 di Depok. Jumlah kematian pasien dalam pengawasan (PDP) di Depok rata-rata 3 kali lipat lebih banyak ketimbang jumlah kematian pasien positif Covid-19.

Di sisi lain, menurut standar WHO, kematian akibat Covid-19 bukan hanya kematian para pasien positif, melainkan juga para suspek (ODP dan PDP) yang meninggal.

Sebab, PDP dan ODP yang wafat kemungkinan terjangkit Covid-19, namun belum sempat dites di laboratorium hingga saat meninggal dunia, menilik jumlah dan kecepatan tes Covid-19 di Indonesia masih kurang.

Ironisnya, Pemkot Depok justru berhenti mengumumkan data kematian PDP di Depok. Upaya konfirmasi Kompas.com tentang berhentinya prosedur ini juga tak digubris.

Data terakhir yang diumumkan pada 19 Juli 2020, sudah 122 PDP wafat sebelum dites Covid-19.

Data Kompas.com menunjukkan, sejak PSBB berlaku di Depok pada 15 April 2020, angka kematian PDP rata-rata 3 kali lipat lebih banyak dibandingkan kematian pasien positif Covid-19.

Kota Depok masih menjadi kota dengan jumlah kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat, yakni 1.306 kasus.

Sebagai perbandingan, di luar Depok, belum ada kota atau kabupaten lain di Jawa Barat yang menembus total 1.000 kasus positif Covid-19, berdasarkan situs resmi penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat https://pikobar.jabarprov.go.id/data.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Megapolitan
Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Megapolitan
Menguak Penyebab Kebakaran Toko 'Saudara Frame' yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Menguak Penyebab Kebakaran Toko "Saudara Frame" yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Megapolitan
Tak Beda Jauh Nasib Jakarta Setelah Jadi DKJ, Diprediksi Masih Jadi Magnet Para Perantau dan Tetap Macet

Tak Beda Jauh Nasib Jakarta Setelah Jadi DKJ, Diprediksi Masih Jadi Magnet Para Perantau dan Tetap Macet

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com