JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta per Selasa (4/8/2020), mencapai 22.909 orang.
Rinciannya, sebanyak 14.381 orang dari total keseluruhan pasien dinyatakan telah sembuh, sedangkan 880 orang meninggal dunia.
Sementara itu, sebanyak 7.648 orang masih dirawat dan isolasi.
Dalam dua pekan terakhir, penambahan kasus positif Covid-19 masih fluktuatif, setidaknya tercatat empat kali lonjakan kasus di Jakarta.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Jakarta Terus Melonjak, PSI Dorong Anies Ambil Kebijakan Rem Darurat
Lonjakan pertama
Pertama, pada 27 Juli 2020, tercatat 473 tambahan kasus baru Covid-19 di Jakarta.
Kala itu, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menjelaskan, lonjakan penambahan kasus baru itu merupakan akumulasi pada 25 Juli dan 26 Juli 2020.
Artinya, 233 kasus dari tanggal 25 Juli dan 240 kasus dari tanggal 26 Juli.
Berdasarkan situs resmi corona.jakarta.go.id, hasil tes swab dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) pada 25 Juli seharusnya 611 pasien yang positif.
Namun pada 25 Juli, hanya dinyatakan 393 yang positif berdasarkan laporan hasil tes swab dari laboratorium.
Sehingga, sisa hasil laporan tersebut dimasukkan pada akumulasi data penampahan kasus baru pada 27 Juli.
Lonjakan kedua
Selang dua hari, yakni 29 Juli, DKI kembali mencatat angka tertinggi kasus baru Covid-19 dengan jumlah 584 kasus.
Baca juga: Pemprov DKI Susun Peraturan Denda Progresif bagi Pelanggar PSBB
Angka tersebut merupakan penambahan tertinggi kasus Covid-19 di Jakarta sejak awal Covid-19 terjadi di Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, penambahan tertinggi kasus positif Covid-19 di Jakarta karena semakin masifnya pemeriksaan Covid-19 yang dilakukan Pemprov DKI.
Menurut Anies, tak ada manipulasi data kasus positif Covid-19 di Jakarta. Anies meminta masyarakat tidak panik saat mendapatkan informasi lonjakan penambahan kasus positif Covid-19.
Anies menyampaikan, penambahan tertinggi kasus Covid-19 itu seharusnya disyukuri.
Artinya, masyarakat mengapresiasi dan mensyukuri langkah Pemprov DKI untuk menelusuri pasien positif Covid-19 yang berisiko menularkan virus kepada orang-orang di sekitarnya.
"Saya selalu sampaikan kalau ada angka positif harus kita syukuri ketahuan. Pilihannya mau ditemukan atau tidak. Kalau tidak ditemukan, angkanya kecil. Saya berkali-kali menegaskan kami bukan ingin menurunkan angka Covid-19, kami ingin menurunkan penyebaran Covid-19," ujar Anies, Rabu (29/7/2020).
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti mengklaim angka kematian atau case fatality rate (CFR) akibat Covid-19 di Jakarta lebih rendah dibandingkan CFR tingkat nasional walaupun terjadi lonjakan penambahan kasus positif.
Berdasarkan data Dinkes DKI hingga 28 Juli 2020, angka kematian akibat Covid-19 di Jakarta adalah 3,9 persen. Angka kematian di Jakarta itu sama dengan rata-rata tingkat global.
Baca juga: Kisah Wartawan Positif Covid-19, Takut OTG sampai Akhirnya Terinfeksi
Sementara itu, CFR tingkat nasional adalah 4,8 persen.
"Case fatality rate atau jumlah kasus kematian dibandingkan jumlah kasus yang sakit, Jakarta saat ini per tanggal 28 Juli adalah 3,9 persen. Sedangkan, Indonesia adalah 4,8 persen," kata Widyastuti dalam keterangan tertulis, Rabu (29/7/2020).
Lonjakan ketiga dan keempat
Berselang lima hari, yakni 3 Agustus, DKI Jakarta kembali mencatatkan jumlah kasus tertinggi dengan jumlah 489 kasus.
Meskipun demikian, tak ada penjelasan khusus yang disampaikan Pemprov DKI Jakarta terkait lonjakan pasien Covid-19 pada hari itu.
Kemarin, yakni 4 Agustus, kembali terjadi lonjakan kasus. Ada penambahan 466 kasus baru yang dilaporkan, sedikit berkurang dibanding kasus sehari sebelumnya.
Lagi-lagi Dinkes DKI tak menyebutkan alasan tingginya jumlah kasus itu.
Berikut rincian penambahan kasus Covid-19 di Jakarta selama dua pekan terakhir.
1. 22 Juli : bertambah 382 menjadi 17.535 kasus
2. 23 Juli : bertambah 416 menjadi 17.951 kasus
3. 24 Juli : bertambah 279 menjadi 18.230 kasus
4. 25 Juli : bertambah 393 menjadi 18.623 kasus
5. 26 Juli : bertambah 378 menjadi 19.001 kasus
6. 27 Juli : bertambah 473 menjadi 19.474 kasus (lonjakan pertama)
7. 28 Juli : bertambah 412 menjadi 19.886 kasus
8. 29 Juli : bertambah 584 menjadi 20.470 kasus (lonjakan kedua)
9. 30 Juli : bertambah 299 menjadi 20.769 kasus
10. 31 Juli : bertambah 432 menjadi 21.201 kasus
11. 1 Agustus : bertambah 374 menjadi 21.575 kasus
12. 2 Agustus : bertambah 379 menjadi 21.954 kasus
13. 3 Agustus : bertambah 489 menjadi 22.443 kasus (lonjakan ketiga)
14. 4 Agustus: bertambah 466 menjadi 22.909 kasus (lonjakan keempat)
Positivity rate lampaui batas ideal WHO
Hingga Selasa kemarin, tercatat 4.160 spesimen dites PCR dengan hasil 466 orang dinyatakan positif Covid-19 dan 3.071 negatif.
Tes PCR di Jakarta dilakukan melalui kolaborasi 47 laboratorium Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, BUMN, dan swasta.
Pemprov DKI Jakarta memberikan dukungan biaya tes kepada Laboratorium BUMN dan swasta yang ikut berjejaring bersama dalam pemeriksaan sampel program.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes DKI Jakarta, Dwi Oktavia Tatri Lestari menyamapikan, dari hasil tes PCR itu, angka positivity rate di Jakarta masih melampaui batas ideal WHO yakni tidak lebih dari 5 persen.
"Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 7,8 persen, sedangkan Indonesia sebesar 15,3 persen," ungkap Dwi.
Meskipun demikian, Dwi mengungkapkan, tingginya angka positivity rate menunjukkan semakin masif tes Covid-19 yang dilakukan Pemprov DKI.
Pasalnya, persentase kasus positif tersebut bisa dianggap valid karena standar jumlah tes yang dilakukan telah terpenuhi.
Namun, apabila jumlah tesnya sedikit dan tidak memenuhi standar WHO, maka indikator persentase kasus positif patut diragukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.