BEKASI, KOMPAS.com - Enam sekolah di Kota Bekasi mulai menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka pada Senin (3/8/2020).
Orangtua murid tampak bergantian menunggu anaknya keluar di tempat parkir.
Masing-masing orangtua membawa kendaraannya sendiri untuk menjemput anaknya usai belajar pertama kali secara tatap muka di sekolah.
Misalnya saja, Sanira (42), orangtua murid SMPN 2 Kota Bekasi, warga Margahayu mengaku sebenarnya khawatir membiarkan anaknya kembali ke sekolah untuk belajar di tengah pandemi Covid-19.
Namun, kekhawatiran dalam hatinya tak digubris lantaran keinginan anaknya untuk sekolah besar.
Baca juga: 6 Sekolah di Bekasi Gelar Simulasi KBM Tatap Muka, Kemendikbud: Melanggar SKB 4 Menteri
"Takut si sebenarnya, namun ikutin ajalah (Pemerintah Kota Bekasi). Lagian juga anaknya senang banget pas dengar mau sekolah,” ujar Sanira, Rabu (5/8/2020).
Sanira mengakui belajar dalam jaringan atau online di rumah belakangan lebih membebaninya sebagai orangtua.
Sebab ia harus mengajarkan kembali anaknya materi yang tak dijelaskan secara detail oleh gurunya.
“Ya kan kadang kalau belajar online, anaknya mau nanya suka susah nyambungnya. Ya akhirnya kita di rumah lah yang ditanya-tanya anak, agak ribet aja sih kalau di rumah,” ucap Sanira.
Hal senada dikatan Yada Yunus (32), orangtua murid SMPN 02 Kota Bekasi lainnya. Ia mengatakan, alasannya mengizinkan anak belajar tatap muka di sekolah untuk menghilangkan rasa jenuh di rumah.
Baca juga: Simulasi Tatap Muka, Enam Sekolah di Bekasi Akan Diverifikasi Ulang 2 Minggu Sekali
Sebab selama belajar di rumah anaknya kerap menghabiskan waktu untuk main games dibanding belajar. Hal itu yang membuat ia khawatir akan potensi anaknya dalam belajar.
“Anak saya banyakan main dibanding belajar. Nanti takutnya gurunya ngajarin materi apa, dia enggak ngerti. Malah ilmunya di rumah menurun gitu, lebih banyak ilmu gamesnya,” kata Yada sembari bercanda.
Yada mengaku kali ini ia harus antar jemput anaknya ke sekolah menghindari penularan Covid-19.
Sebab biasanya saat KBM normal, ia membiarkan anaknya kerap pulang bersama temannya dari sekolah.
“Biasanya mah anak saya pulang bareng teman-temannya. Sekarang mah takut saya biarin pulang bareng temannya, makanya saya jemput,” kata Yada.