JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai detektif yang menjalani tugas rahasia, seorang agen sejatinya menjaga identitas mereka. Akhirnya, memiliki akun media sosial menjadi hal mustahil.
Itulah yang disampaikan Pimpinan Detektif Wanita Jessica yang tergabung di Eye Detektive Indonesia dalam podcast Kompas.com yang tayang di saluran YouTube Kompascom Reporter on Location.
"Kalian punya sosial media, nah saya tidak punya. Kenapa enggak punya? Ya mungkin bisa dipahami bahwa profesi seperti ini harus menjaga pribadi juga personal informasi," katanya.
Baca juga: Jasa Detektif Wanita, Lihai Menggoda Pria-pria Nakal yang Tak Setia
Arus informasi yang diterima oleh agen setiap menjalani tugas harus dijaga baik-baik. Informasi hanya boleh diberitahu pihak kantor. Lalu pihak kantor lah yang meneruskan ke klien.
Karena itu, jangan sampai agen dengan sengaja mengumbar sesuatu ke akun media sosialnya yang dapat diketahui oleh publik.
Bisa-bisa, pekerjaan agen sebagai detektif perempuan juga ketahuan.
Baca juga: Sibuk Mengamati Target, Hampir Seluruh Agen Detektif Wanita Ternyata Masih Lajang
Pada suatu kesempatan menangani kasus, Jessica pernah mengalami pengalaman yang menarik.
Saat itu ia akan melakukan tugasnya sebagai agen.
Ia mempelajari bukti-bukti yang ada. Namun, setelah ditelusuri dari media sosial, ternyata target merupakan teman Jessica.
Buntutnya Jessica enggan dan menolak untuk melanjutkan tugasnya mengikuti target.
Baca juga: Syarat Jadi Agen Detektif Wanita: Cantik dan Pintar Berkamuflase untuk Uji Kesetiaan Lelaki
"Dalam beberapa kasus aja saya pernah menemukan perselingkuhan, ternyata perselingkuhannya temennya saya. Cara hadapinya. ya saya bilang, 'Jangan saya deh, pak, yang kerjain kasus ini. Tidak enak, teman," cerita Jessica.
Atasan Jessica akhirnya memberi kelonggaran dan mempebolehkan Jessica tidak mengambil proyek tersebut.
Seorang agen harus pandai mencari peluang atau bisa dibilang berkamuflase.
Sembari mengintai, agen juga harus menutupi identitas aslinya saat bergaul di kalangan masyarakat.