Ia rindu berkumpul bersama keluarganya yang terus mendoakan dirinya untuk sembuh. Sayangnya, kini ia hanya bisa melalui sambungan telepon atau video call untuk berkomunikasi dengan orangtuanya.
Baca juga: Cerita Perawat di Wisma Atlet Kemayoran: Lelah, Makian, dan Harapan
“Tidak nyaman kalau kita udah kena Covid, rasanya benar-benar seperti terasingkan dan terkurung. Orang lain tidak ada yang mau dekat kita, bahkan untuk makan saja mereka harus pakai APD,” tambah dia.
Ia teringat ketika dirinya mendapat kabar terpapar Covid-19 dan harus jalani isolasi mandiri di fasilitas self house milik kantornya.
Zali tak tega melihat ibunya yang kerap menangis mengasihani keadaannya.
“Tersayatlah benar-benar hati saya pas ibu menangis. Dia seperti enggak tega lihat saya pergi dan harus dijemput oleh petugas mengenakan APD,” ucap dia.
Zali berharap cepat sembuh dari Covid-19. Ia berharap pengalamannya menjadi pelajaran masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Sebab diakuinya, dirinya pun sempat abai menerapkan protokol kesehatan. Kala itu ia mulai berani tak mengenakan masker di kantor.
Ia tak mengenakan masker saat acara keluarga bahkan nongkrong bareng temannya.
“Itu risikonya tinggi, meski kadang kita melihat teman kita sehat-sehat saja. Namun kita tidak tahu dia berasal darimana. Buktinya, saya saja bisa terpapar Covid,” ucap dia.
Zali mengimbau agar masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Tujuannya adalah meminimalisasi penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.
"Masyarakat ayo kita sama-sama menerapkan protokol kesehatan, kita jangan lengah. Ini kita lakukan harus kompak untuk memutus rantai penyebaran Covid,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.