Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Layang-layang Mengancam Keselamatan Penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta

Kompas.com - 13/08/2020, 08:39 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Penindakan terhadap permainan layang-layang di tahun 2020 kali pertama dilakukan PT Angkasa Pura II pada 11 Juni lalu. Setidaknya ada belasan layang-layang ditertibkan.

Dalam penertiban tersebut, masyarakat juga diberikan sosialisasi berkait larangan menerbangkan layang-layang di area keselamatan penerbangan sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Namun, nampaknya sosialasi dan penertiban itu tak menghasilkan banyak dampak. Masih terlihat di langit sekitar bandara Soekarno-Hatta terbang layangan beraneka bentuk dan ragam.
Baca juga: Laris Manis Bisnis Layang-layang di Tengah Pandemi Covid-19 Kota Tangerang

Itulah yang membuat Angkasa Pura II bersama stakeholder Bandara Soekarno-Hatta akhirnya membuat webinar terkait bahaya layang-layang terhadap penerbangan.

Dalam seminar tersebut, ada beberapa hal yang dipaparkan berdasarkan temuan dari para stakeholder terkait layang-layang, mulai motif di balik terbangnya layang-layang, kerugian finansial yang diakibatkan hingga membahayakan nyawa para penumpang.

Ada motif mencari perhatian

Executive General Manager (EGM) Bandara Soekarno-Hatta Agus Hariyadi mengatakan, ada motif mencari perhatian dari warga di sekitar Bandara Soekarno-Hatta saat menerbangkan layang-layang.

"Motif ingin mencari perhatian," kata Agus dalam webinar 'Layangan Terbang Keselamatan Penerbangan Terancam' Rabu (12/8/2020).

Baca juga: Manajemen Sebut Warga Cari Perhatian dengan Main Layang-layang di Sekitar Bandara Soetta

Agus mengatakan motif mencari perhatian tersebut mungkin dikarenakan masih ada yang merasa belum diakomodir oleh Bandara Soekarno-Hatta selama ini.

"Saya mohon maaf belum bisa memuaskan atau mengakomodir seluruh keinginan harapan bapak ibu di sekitar bandara," tutur dia.

Sedangkan motif lainnya, menurut Agus, adalah motif hiburan karena di masa pandemi Covid-19 masyakarat sulit mendapatkan akses kunjungan wisata yang murah

"Motif karena kondisi sedang pandemi, musim kemarau banyak angin menciptakan situasi yang sangat menyenangkan untuk bermain layang-layang. Situasi pandemi anak-anak juga libur sekolah," kata Agus.

Motif kedua mungkin juga disebabkan oleh ketidaktahuan aturan pelarangan bermain layang-layang di area keselamatan penerbangan. Solusinya, kata dia, bisa dengan kembali melakukan sosialisasi peraturan yang ada.

Baca juga: Warga di 3 Kecamatan di Kota Tangerang Dilarang Terbangkan Layang-layang

Akan tetapi motif kedua bisa jadi disengaja dan sangat membahayakan apabila sudah mengerti aturan tapi tetap saja mencari perhatian dengan cara menerbangkan layang-layang.

"Sangat keliru jika menyampaikan aspirasi dengan cara menerbangkan layang-layang," kata Agus.

Agus meminta agar masyarakat bisa menyampaikan keinginannya kepada manajemen Bandara Soekarno-Hatta dengan cara yang tidak membahayakan penerbangan dan ratusan penumpang di dalamnya.

"Karena itu membahayakan orang karena itu membahayakan nyawa yang tidak berdosa, barangkali bisa menjadi korban," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com