Dalam webinar itu juga Agus Hariyadi memohon kepada tokoh masyarakat agar tidak lagi menerbangkan layang-layang di area keselamatan penerbangan.
"Mohon maaf, saya memahami suasana kebatinan bapak-ibu, kalau kata orang Tangerang mah ini tanah gua, kenapa gua dilarang main layang-layang. Tapi mari kita berpikir sedikit, (bermain) layang-layang itu katakanlah sudah masuk kategori fatal," ujar Agus.
Agus mengatakan, masyarakat harus menyadari bahwa selain menerbangkan layang-layang di area keselamatan penerbangan merupakan tindak pidana, masyarakat juga harus menyadari ada ratusan nyawa terancam mengalami kecelakaan.
Baca juga: Layang-layang Berbahaya Bagi Pesawat, Manajemen Bandara Soetta Memohon kepada Warga
"Katakanlah pesawat mengalami masalah, naudzubillah jangan sampai jatuh, (ada) 300-400 orang (kecelakaan)," tutur dia.
Agus mengatakan, ketika hal tersebut jadi kenyataan. Tidak hanya penegak hukum yang akan melakukan tindakan. Tapi seluruh dunia akan memberitakan kejadian tersebut.
Agus mengatakan memang belum pernah terjadi kecelakaan pesawat di sekitar Bandara Soekarno-Hatta akibat layang-layang. Akan tetapi kasus rusaknya komponen pesawat akibat layang-layangs sudah sering terjadi.
"Kerusakan pesawat itu tidak murah, jutaan dolar untuk memperbaiki katakanlah mesin pesawat," kata dia.
Senior Manager Incident Management Garuda Indonesia Capt. Bernard Partogi Sitorus mengatakan pihak Garuda Indonesia sudah mengeluarkan 4.000 US Dolar untuk membiayai kerusakan pesawat akibat layang-layang di sekitar Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).
Baca juga: Akibat Layang-layang, Garuda Indonesia Keluarkan 4.000 Dollar AS untuk Perbaiki Kerusakan Pesawat
"Koneskuensi cost yang kami alami termasuk inspeksi dan perbaikan kurang lebih sekitar 4.000 dollar AS," kata dia.
Namun, angka kerugian tersebut, tutur Bernard, dinilai relatif kecil jika dihadapkan dengan potensi kecelakaan yang lebih besar.
"Jika kita hadapkan dengan potensi risiko, mungkin angka 4.000 dollar AS ini akan terlihat kecil," kata dia.
Garuda Indonesia sendiri melaporkan gangguan penerbangan akibat layang-layang di Bandara Soekarno-Hatta sebanyak 7 kali dari 59 laporan yang dikumpulkan oleh Angkasa Pura II.
Laporan tersebut dalam periode tiga bulan terakhir terhitung Mei 2020 sampai dengan Juli 2020.
Bernard mengatakan, meski tergolong sedikit, tetapi tujuh laporan yang diberikan ke AirNav dan Otorotas Bandara Soekarno-Hatta tergolong banyak, mengingat pergerakan pesawat di masa pandemi tidak seramai di waktu normal.